Token AI Meledak Saat Bitcoin Pulih: Kapitalisasi Pasar Tembus $9 Miliar
Kebangkitan Bitcoin mendorong lonjakan luar biasa pada token AI seperti VIRTUAL dan AI16Z. Apa penyebabnya? Siapa yang diuntungkan? Simak analisis mendalam tren terbaru pasar kripto AI.

Kiki • Apr 30, 2025

Setelah sempat terjebak di titik nadir, pasar kripto kembali membara. Bitcoin sang bapak dari semua aset digital memimpin pemulihan spektakuler dari level $75.000 dan kini stabil di atas $95.000. Tapi bukan itu saja yang mencuri perhatian.
Di tengah arus bullish ini, sebuah sektor yang sempat diremehkan justru mencatat lonjakan paling fenomenal: token AI.
Ya, token-token yang terkait dengan kecerdasan buatan kembali menunjukkan taringnya, memicu euforia baru di pasar kripto global. Dalam waktu seminggu terakhir, kapitalisasi pasar untuk token AI Agent melonjak dua kali lipat, menyentuh angka $9,06 miliar, menurut platform analitik blockchain Cookie.fun.
Sebagai perbandingan, pada awal April, angka itu baru berada di kisaran $4,5 miliar.
Token AI Dari Virtual Protocol hingga Fartcoin
Yang paling mengejutkan? Lonjakan dipimpin oleh nama-nama yang mungkin belum banyak dikenal investor arus utama. Sebut saja VIRTUAL, token milik Virtuals Protocol, yang naik 123% menjadi $1,43.
Lalu ada AI16Z, dari Eliza OS, yang melonjak 89% ke level $0,298. Meski keduanya masih jauh dari titik tertingginya (tertinggal 71% dan 87%), momentum ini menghidupkan kembali semangat investor yang sempat padam.
Tak ketinggalan, Fartcoin token meme yang terinspirasi AI ikut berperan dalam menggandakan kapitalisasi sektor ini. Meskipun terdengar jenaka, kehadiran token semacam ini menunjukkan bahwa adopsi AI di dunia kripto tidak lagi sekadar infrastruktur teknikal, tetapi juga merambah ke budaya internet dan daya tarik komunitas.
AIXBT Agen Cerdas yang Siap Menyaingi Influencer Manusia?
Salah satu aktor besar di balik lonjakan ini adalah AIXBT, agen riset dan influencer kripto berbasis AI dari Virtuals Protocol. Token ini nyaris menyentuh kapitalisasi $1 miliar. Meski masih 82% di bawah rekor tertingginya pada Januari, lonjakan 73% dalam seminggu terakhir mempertegas bahwa minat terhadap aset digital berbasis AI tidak main-main.
Dalam dunia di mana informasi makin didikte oleh algoritma dan agen otomatis, kehadiran tokoh seperti AIXBT mengaburkan batas antara "influencer manusia" dan "entitas cerdas berbasis kode".
Blockchain AI Lainnya Ikut Bangkit
Selain token individual, blockchain yang fokus pada AI juga ikut mendapat angin segar. Bittensor (TAO) dan Near Protocol (NEAR) mencatat kenaikan masing-masing lebih dari 9% dalam sepekan. Ini menunjukkan bahwa infrastruktur dasar yang menopang revolusi AI dalam kripto juga ikut mendapat validasi pasar.
Apa Pemicu Lonjakan Ini?
Sampai saat ini, belum ada pemicu tunggal yang jelas selain kembalinya sentimen positif berkat reli Bitcoin. Namun, aktivitas pembangunan terus berlanjut di belakang layar. Virtual Protocol, misalnya, baru saja meluncurkan sistem peluncuran token baru bernama Genesis, yang dirancang untuk menciptakan distribusi token AI yang lebih adil dan merata.
Tak hanya itu, dunia investasi ventura juga menunjukkan dukungannya. Perusahaan besar seperti Paradigm baru saja menggelontorkan dana ke startup AI bernama Nous Research, yang sukses mengumpulkan $50 juta dan meraih valuasi token sebesar $1 miliar.
Dengan data dari CoinGecko yang mencatat bahwa sektor AI secara keseluruhan naik 14% dalam sepekan, dengan kapitalisasi pasar menyentuh hampir $26 miliar, tren ini tampaknya masih jauh dari kata usai.
AI dan Kripto, Duo Masa Depan?
Kombinasi antara AI dan blockchain menawarkan janji masa depan yang lebih efisien, otomatis, dan terdesentralisasi. Dari agent trading otonom hingga infrastruktur cerdas yang dapat menyaring informasi secara real-time, kita sedang menyaksikan awal dari sebuah simbiosis baru.
Di tengah kegilaan pasar, satu hal tampak jelas: AI bukan sekadar tren sesaat, ia adalah tulang punggung revolusi kripto selanjutnya.
Apakah ini sinyal untuk masuk, atau hanya sekadar pompa sementara? Investor cerdas sebaiknya menilai dari dua sisi: potensi dan keberlanjutan.