Wall Street Guncang! Powell Kritik Tarif Trump, Ekonomi AS Terancam Melambat

Ketua The Fed Jerome Powell mengungkap tarif dagang Trump berisiko besar bagi inflasi dan pertumbuhan. Pasar saham langsung terpukul. Baca ulasan mendalamnya sekarang.

article author image

KikiApr 17, 2025

article cover image

Ketika Jerome Powell, Ketua Federal Reserve, mengambil panggung di Economic Club of Chicago pada hari Rabu, pasar langsung merespons. Bukan dengan tepuk tangan tetapi dengan kepanikan.

Dalam waktu singkat setelah pidatonya, indeks Dow Jones ambruk 690 poin. Dan itu bukan satu-satunya indikator yang tumbang. S&P 500 terjun 2,2%, sementara Nasdaq, yang sarat saham teknologi, terpeleset hingga 3%.

Apa yang dikatakan Powell? Sederhana tapi menggetarkan: tarif dagang yang diterapkan Presiden Donald Trump bukan hanya bersifat politis mereka sedang menjadi beban ekonomi. "Tingkat kenaikan tarif yang diumumkan sejauh ini jauh lebih besar dari yang diperkirakan," ujar Powell.

"Efek ekonomi dari kebijakan ini kemungkinan juga akan lebih besar, termasuk inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan yang melambat."

Tarif, Inflasi, dan Kebingungan Pasar

Komentar Powell datang di tengah eskalasi perang dagang antara AS dan China. Meski Trump sempat menghentikan tarif untuk sebagian negara selama 90 hari, ia justru menaikkan tarif terhadap barang-barang dari China, hingga mencapai 145%.

Sebagai balasan, China pun menaikkan tarifnya terhadap produk AS ke angka 125%.

Bagi pasar keuangan, ini seperti menonton pertandingan tenis berapi-api tanpa tahu kapan bola api akan mendarat di tribun. Dalam kondisi yang penuh ketidakpastian ini, volatilitas menjadi teman harian.

Powell sendiri mengakui, "Pasar sedang berjuang menghadapi banyak ketidakpastian, dan itu artinya volatilitas."

Namun, Powell juga menegaskan bahwa volatilitas ini bukan pertanda kerusakan sistemik. "Pasar berfungsi seperti yang diharapkan dalam kondisi seperti ini," tambahnya, seperti mencoba menenangkan kegelisahan investor global.

Efek Domino di Sektor Teknologi

Pukulan paling awal datang dari sektor teknologi. Nvidia, produsen chip raksasa, mengungkapkan kerugian sebesar $5,5 miliar akibat pembatasan ekspor ke China. Ini seperti alarm dini bagi investor bahwa tarif bukan hanya teori ekonomi, tapi juga ancaman nyata terhadap bottom line perusahaan.

Dengan industri teknologi sebagai salah satu motor penggerak pertumbuhan AS, kabar buruk dari Nvidia menandakan bahwa tekanan terhadap ekonomi bisa lebih dalam dari yang dibayangkan.

Kebijakan Moneter: Menunggu dalam Ketidakpastian

Dalam pidatonya, Powell menekankan bahwa meski ekonomi AS "masih dalam posisi yang solid", The Fed tidak akan terburu-buru menyesuaikan suku bunga. Keputusan untuk mempertahankan suku bunga bulan lalu dilakukan dengan mempertimbangkan situasi yang berkembang cepat dan tidak menentu.

"Untuk saat ini, kami berada di posisi yang baik untuk menunggu kejelasan lebih lanjut sebelum mempertimbangkan penyesuaian kebijakan," ujar Powell. Pernyataan ini memberi sinyal bahwa langkah The Fed ke depan akan sangat bergantung pada bagaimana kondisi global dan domestik berkembang.

Mengapa Ini Penting Bagi Investor Indonesia dan Global?

Meski terlihat sebagai urusan bilateral AS-China, efek dari kebijakan ini merambat ke seluruh dunia. Ketika indeks-indeks utama AS anjlok, pasar Asia dan Eropa pun ikut bergetar. Rupiah sempat melemah terhadap dolar AS, sementara harga emas melonjak, menandakan investor mulai mencari aset aman.

Untuk investor Indonesia, volatilitas seperti ini bisa membuka peluang namun juga memunculkan risiko besar. Saham-saham berorientasi ekspor bisa terdampak, begitu juga komoditas seperti sawit dan batu bara yang berkaitan dengan permintaan dari China dan AS.

Dunia Sedang Menahan Napas

Ketegangan tarif antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia kini bukan hanya soal ekspor-impor, melainkan telah menjadi ujian besar bagi stabilitas global. Powell, dengan nada serius namun hati-hati, telah mengingatkan dunia bahwa jalan ke depan penuh kabut dan lubang jebakan.

Untuk pasar, ini bukan hanya minggu yang volatil melainkan mungkin awal dari sebuah babak baru dalam sejarah ekonomi global.

Nanovest News v4.8.0