Alibaba Naik 5,3% Berkat Stimulus China, Visa Turun Akibat Gugatan Monopoli
Alibaba melonjak 5,3% setelah China mengumumkan stimulus ekonomi, sementara saham Visa turun 4% karena ancaman gugatan antimonopoli dari Departemen Kehakiman AS. Baca selengkapnya di sini.
Kiki • Sep 25, 2024
Pada sesi perdagangan Selasa, pasar saham global menyaksikan pergerakan signifikan di berbagai kategori kapitalisasi pasar. Dua saham utama yang menjadi sorotan adalah Alibaba Group (NYSE: BABA) dan Visa Inc. (NYSE: V).
Sementara saham Alibaba melonjak, saham Visa mengalami tekanan yang cukup signifikan. Berikut adalah ringkasan dari pergerakan pasar terbesar pada sesi ini.
Alibaba Naik 5,3% Didukung Stimulus Ekonomi China
Alibaba mencatatkan kenaikan harga saham sebesar 5,32% pada sesi perdagangan Selasa. Penguatan ini terjadi setelah adanya berita tentang stimulus ekonomi baru dari pemerintah China.
Langkah ini dipandang sebagai dorongan positif untuk memperbaiki ekonomi negara tersebut, yang belakangan ini menghadapi tantangan besar akibat perlambatan ekonomi dan ketidakpastian global.
Stimulus ini diperkirakan akan memberikan bantuan likuiditas ke sektor bisnis, termasuk perusahaan teknologi besar seperti Alibaba. Sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di China, Alibaba mendapat manfaat dari ekspektasi peningkatan konsumsi domestik dan daya beli yang lebih kuat.
Investor merespons positif terhadap berita ini, dengan mengakumulasi saham Alibaba di tengah harapan bahwa stimulus tersebut akan memperkuat pertumbuhan perusahaan ke depan.
Selain itu, perusahaan teknologi China secara keseluruhan menunjukkan kinerja yang lebih baik di tengah pelonggaran kebijakan regulasi yang sempat membatasi pertumbuhan industri ini selama beberapa tahun terakhir.
Alibaba, yang pernah berada di bawah tekanan karena intervensi regulasi, kini menikmati sentimen yang lebih baik di pasar, yang tercermin dari kenaikan harga sahamnya.
Visa Turun 4% di Tengah Ancaman Gugatan Monopoli
Di sisi lain, Visa Inc. mengalami penurunan harga saham sebesar 4% setelah muncul kabar bahwa Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DoJ) berencana untuk mengajukan gugatan terkait dugaan monopoli di pasar kartu debit.
Gugatan ini diperkirakan akan fokus pada dominasi Visa di sektor pembayaran kartu debit, yang menurut DoJ menghambat persaingan dan pilihan konsumen.
Gugatan antimonopoli ini bisa menjadi ancaman serius bagi Visa, mengingat pasar kartu debit adalah salah satu segmen paling penting bagi pendapatan perusahaan. Dengan lebih dari setengah transaksi di Amerika Serikat menggunakan kartu debit, dominasi Visa di sektor ini telah menjadi perhatian regulator selama beberapa waktu.
Jika gugatan ini berlanjut dan menghasilkan regulasi baru yang memperketat operasi Visa, hal ini berpotensi membatasi pangsa pasar perusahaan di masa depan. Investor merespons kekhawatiran ini dengan melakukan aksi jual saham, menyebabkan penurunan harga yang signifikan selama sesi perdagangan.
Implikasi bagi Pasar
Pergerakan besar dari saham mega-cap seperti Alibaba dan Visa mencerminkan dinamika pasar yang terus berubah, di mana kebijakan pemerintah dan regulasi memainkan peran penting dalam menentukan nasib perusahaan besar.
Stimulus ekonomi di China, yang ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan di sektor bisnis dan teknologi, memberikan angin segar bagi perusahaan seperti Alibaba. Di sisi lain, ancaman gugatan antimonopoli terhadap Visa menunjukkan bagaimana intervensi pemerintah dapat menjadi penghalang bagi pertumbuhan bisnis.
Dalam jangka pendek, investor akan terus memantau perkembangan dari kedua faktor ini. Di satu sisi, mereka akan melihat apakah stimulus dari China cukup kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan menguntungkan perusahaan teknologi besar.
Di sisi lain, langkah Departemen Kehakiman terhadap Visa bisa menciptakan ketidakpastian bagi sektor pembayaran di AS, yang mungkin berdampak pada kinerja keuangan perusahaan.
Potensi dan Tantangan
Kenaikan saham Alibaba menandakan bahwa pasar melihat stimulus ekonomi China sebagai langkah positif untuk meningkatkan kinerja perusahaan teknologi, khususnya dalam menghadapi perlambatan ekonomi global.
Sebagai salah satu raksasa teknologi, Alibaba siap memanfaatkan peluang ini untuk memperkuat posisinya di pasar domestik dan internasional.
Sementara itu, penurunan saham Visa menggarisbawahi risiko yang dihadapi perusahaan besar ketika harus berurusan dengan regulasi pemerintah. Gugatan antimonopoli yang potensial bisa menjadi ancaman besar bagi model bisnis Visa, yang bergantung pada dominasi di sektor kartu debit.
Dengan demikian, meski Alibaba menikmati optimisme pasar, Visa harus menghadapi ketidakpastian hukum yang bisa berdampak jangka panjang pada pertumbuhan dan profitabilitasnya.