Luncurkan "The AI Scientist", Sistem AI Otomatisasi Penelitian Ilmiah Pertama, Sakana AI Hadapi Kontroversi
Sakana AI luncurkan "The AI Scientist," sistem AI open source yang mengotomatisasi proses penelitian ilmiah dari ide hingga publikasi dengan biaya rendah dan tinjauan simulasi.
Muhammad • Aug 14, 2024
Perusahaan riset dan pengembangan berbasis di Tokyo, Sakana AI, telah meluncurkan "The AI Scientist," sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) yang diklaim mampu mengotomatisasi sepenuhnya proses penelitian ilmiah.
Sistem ini disebut-sebut sebagai yang pertama dari jenisnya, dengan kemampuan untuk menangani berbagai aspek penelitian secara mandiri, dari menghasilkan ide hingga menulis makalah ilmiah.
Teknologi Open Source untuk Otomatisasi Penelitian
Dalam makalah penelitian yang diterbitkan oleh tim Sakana AI pada Senin lalu, dijelaskan bahwa "The AI Scientist" memiliki kemampuan untuk "menghasilkan ide penelitian baru, menulis kode, melakukan eksperimen, memvisualisasikan hasil, mendeskripsikan temuan, dan menulis makalah ilmiah lengkap, serta menjalankan proses tinjauan sejawat simulasi untuk evaluasi." Hal ini memungkinkan sistem AI untuk berfungsi seperti komunitas ilmiah manusia yang mampu mengembangkan ide-ide baru secara terus-menerus.
The AI Scientist memanfaatkan teknologi Model Bahasa Besar (LLM) canggih, yang memungkinkan sistem ini untuk berinteraksi dengan pengguna dan mengusulkan serta menerapkan arah penelitian baru, khususnya di bidang pembelajaran mesin.
Introducing The AI Scientist: The world’s first AI system for automating scientific research and open-ended discovery!https://t.co/8wVqIXVpZJ
— Sakana AI (@SakanaAILabs) August 13, 2024
From ideation, writing code, running experiments and summarizing results, to writing entire papers and conducting peer-review, The AI… pic.twitter.com/SJuat9a2Uw
Sistem ini juga telah dirilis sebagai open source di bawah lisensi Apache 2.0, yang memungkinkan pengguna di seluruh dunia untuk menggunakan, memodifikasi, dan mengkomersialkan teknologi tersebut secara legal.
Sebagai bukti konsep, sistem ini telah digunakan untuk menyelesaikan penelitian yang sudah ada dan menghasilkan makalah ilmiah. Sakana AI juga merilis produk AI lainnya, termasuk model visual EvoVLM dan model untuk menghasilkan seni Ukiyo Jepang, yang semuanya tersedia di repositori Hugging Face.
Kontroversi Klaim Omniscience
Namun, pengumuman tentang "The AI Scientist" tidak lepas dari kontroversi. Perusahaan AI lainnya, Omniscience, yang juga berbasis di Jepang, menuduh Sakana AI tidak menjadi yang pertama dalam mengembangkan sistem semacam itu. Omniscience mengklaim bahwa model AI mereka, yang diberi nama "Omni," telah lebih dulu hadir dengan kemampuan serupa dan telah digunakan dalam berbagai konteks penelitian.
Three JDs & Professors of Law just fought back against the @omniscience42 *AI*'s defense of *AI* in LawFareMedia:https://t.co/BVprCDXDHW
— Jeremy Nixon (@JvNixon) July 23, 2024
(Omniscience is linked as "critics")
A lot of people will hate this, but the state of legal discourse is about to encounter coherent, long… https://t.co/IaSeqVDtxw pic.twitter.com/tEr07Hijuq
Salah satu contoh penerapan sistem ini adalah esai berjudul “The Unconstitutionality of California Senate Bill 1047,” yang ditulis menggunakan model Omni dan kemudian dianalisis dengan argumen tandingan oleh tim profesional manusia.
Sebagai tanggapan atas pengumuman "The AI Scientist," Omniscience mengirimkan salinan pengumuman dari Sakana AI, dengan hanya mengganti nama produk Sakana dengan produk mereka.
"Menyalin teks ini menunjukkan bahwa sistem kami, yang dirilis beberapa bulan sebelumnya, memiliki kemampuan yang sama," ujar perwakilan Omniscience dalam pernyataannya. Mereka menegaskan bahwa Omni telah beroperasi dengan fungsionalitas serupa sebelum Sakana AI meluncurkan "The AI Scientist."