Microsoft & Meta Kebut Investasi AI, DeepSeek Bikin Wall Street Terkejut
Microsoft dan Meta menggelontorkan miliaran dolar untuk AI, tetapi startup Tiongkok DeepSeek tiba-tiba mengguncang pasar. Bagaimana respons Silicon Valley?
M • Feb 3, 2025
Laporan keuangan Microsoft (MSFT) dan Meta (META) pada Rabu (29/1) menegaskan satu hal: kecerdasan buatan (AI) bukan sekadar tren, melainkan kunci masa depan bisnis teknologi. Kedua raksasa ini tidak hanya mencatat pertumbuhan pesat dalam bisnis AI, tetapi juga berkomitmen menggelontorkan puluhan miliar dolar untuk memperkuat infrastruktur AI mereka di tahun ini.
Namun, ada satu kejutan yang mengubah dinamika industri: DeepSeek, startup AI asal Tiongkok, yang dikabarkan mampu menyaingi model AI terkemuka dengan biaya jauh lebih rendah. Wall Street sempat terkejut, tetapi pemimpin teknologi AS justru melihatnya sebagai peluang.
AI Jadi Mesin Uang Baru bagi Big Tech
Dalam laporan kuartalannya, Meta melaporkan bahwa layanan AI mereka telah mencapai 700 juta pengguna aktif bulanan, sementara solusi pemasaran AI-powered mereka, Advantage+, tumbuh hingga 70%. Tak hanya itu, pendapatan dan laba kuartalan Meta melampaui ekspektasi analis.
Microsoft menunjukkan kinerja impresif, CEO Satya Nadella mengungkapkan bahwa pendapatan AI perusahaan mencapai $13 miliar dalam kuartal ini, melampaui proyeksi sebelumnya yang hanya $10 miliar. Meskipun pendapatan cloud Microsoft sedikit di bawah ekspektasi, lonjakan AI menjadi pendorong utama optimisme investor.
IBM (IBM) tidak mau ketinggalan, Arvind Krishna selaku CEO menyatakan bahwa bisnis AI IBM membukukan hampir $2 miliar hanya dalam kuartal terakhir 2024, menyumbang 40% dari total $5 miliar sejak layanan AI mereka pertama kali diluncurkan.
Baik Microsoft maupun Meta siap mengalokasikan anggaran besar untuk mempercepat dominasi mereka dalam sektor AI.
Microsoft menargetkan belanja infrastruktur AI sebesar $80 miliar di tahun fiskal 2025, dengan $30,7 miliar telah dikeluarkan dalam dua kuartal pertama meningkat 56% dari tahun sebelumnya.
Meta juga agresif, dengan potensi investasi AI hingga $65 miliar di tahun ini. CEO Mark Zuckerberg menegaskan bahwa belanja besar untuk AI akan menjadi keunggulan strategis dalam jangka panjang.
Namun, di tengah ambisi besar ini, muncul tantangan baru yang tak terduga: DeepSeek, startup AI asal Tiongkok, yang mengklaim model AI-nya seefektif OpenAI tetapi dengan biaya jauh lebih rendah.
Terlepas dari kegelisahan pasar, para eksekutif teknologi AS melihat DeepSeek sebagai inovasi yang bisa mempercepat pertumbuhan AI secara keseluruhan.
Nadella menyebut peningkatan efisiensi DeepSeek sebagai fenomena alami dalam evolusi AI, mengingat Microsoft juga telah mengalami peningkatan efisiensi dalam pelatihan dan inferensi AI selama bertahun-tahun.
Zuckerberg bahkan menganggap keberhasilan DeepSeek sebagai validasi dari strategi open-source Meta. DeepSeek menunjukkan bahwa standar AI global akan terbentuk melalui model open-source, dan Zuckerberg berharap standar tersebut tetap didominasi oleh perusahaan Amerika.
Di sisi lain, kepercayaan terhadap dominasi AI AS semakin diperkuat dengan laporan bahwa SoftBank sedang dalam pembicaraan untuk menginvestasikan hingga $25 miliar di OpenAI, menjadikannya investor terbesar di perusahaan pembuat ChatGPT tersebut. Investasi ini akan menambah komitmen SoftBank sebelumnya sebesar $15 miliar dalam kemitraan OpenAI dan Oracle (ORCL).