Boeing Bangkit Berkat Trump Deal $96 Miliar dengan Qatar Pecahkan Rekor

Boeing mencetak kesepakatan terbesar dalam sejarahnya dengan Qatar Airways senilai $96 miliar, di tengah kebangkitan saham dan pengaruh geopolitik Presiden Trump. Simak bagaimana diplomasi bisnis mengangkat kembali raksasa dirgantara AS.

article author image

KikiMay 15, 2025

article cover image

Dalam belantara industri dirgantara global yang kerap diguncang turbulensi geopolitik dan krisis produksi, Boeing (NYSE: BA) tampaknya telah menemukan kembali ketinggiannya dan bukan sekadar cruising altitude, tapi seperti jet supersonik yang menembus awan penuh badai.

Setelah sempat tenggelam dalam krisis reputasi sepanjang 2024 mulai dari insiden door plug Alaska Airlines yang memicu penyelidikan besar-besaran, hingga kesulitan produksi dan kekacauan di pucuk pimpinan Boeing kini kembali menjadi bintang di Wall Street.

Sahamnya melonjak lebih dari 50% sejak titik nadir di April, bertepatan dengan kembalinya Donald J. Trump ke panggung dunia melalui kebijakan "Liberation Day Tariffs", yang meskipun kontroversial, justru memicu gelombang deal internasional yang menguntungkan perusahaan Amerika, termasuk Boeing.

Dan, puncaknya? Sebuah mega-deal senilai $96 miliar dengan Qatar Airways yang diumumkan langsung saat kunjungan Trump ke Timur Tengah pekan ini. Kesepakatan ini bukan hanya terbesar dalam sejarah Boeing, tapi juga menjadi simbol bagaimana geopolitik dan diplomasi bisnis bisa saling menopang selama pesawatnya datang tepat waktu dan tak lagi copot saat mengudara.

Diplomasi Jet Antara Boeing, Qatar, dan Gedung Putih

Kesepakatan ini mencakup pembelian hingga 210 pesawat Boeing 787 Dreamliner dan 777X, yang semuanya menggunakan mesin dari GE Aerospace. Tak hanya memperkuat hubungan ekonomi antara AS dan Qatar, perjanjian ini juga digadang-gadang akan menopang sekitar 154.000 lapangan kerja tahunan di AS angka yang, jika dihitung selama proses produksi dan pengiriman, akan menghasilkan lebih dari satu juta pekerjaan.

Sementara Gedung Putih menyebutnya sebagai "sejarah yang mendefinisikan era baru kemitraan industri global," para analis di Fundstrat menyindir bahwa deal ini adalah hasil dari "Trump yang berkampanye untuk Boeing di luar negeri."

Pernyataan ini mungkin terdengar sinis, tapi tak bisa disangkal bahwa efeknya nyata di neraca keuangan.

Tambahan bumbu politik pun hadir lewat isu jet pribadi: Qatar diketahui menawarkan Boeing 747 kepada Trump sebagai pesawat interim Air Force One sebuah hadiah diplomatik yang sempat menuai kontroversi, namun dibela langsung oleh sang presiden dengan nada khasnya: "Hanya orang bodoh yang menolaknya atas nama negara."

Bukan Hanya Qatar Boeing Masuk Radar Arab Saudi & China

Tak hanya Qatar. AviLease, perusahaan penyewaan pesawat global asal Arab Saudi, juga mengumumkan pembelian hingga 30 pesawat dari Boeing. Artinya, perusahaan ini sukses mengamankan order dari dua ekonomi terbesar di Teluk dalam waktu kurang dari seminggu.

Tak berhenti di sana. Pada hari yang sama, China mencabut larangan pengiriman pesawat Boeing setelah negosiasi dagang AS-Tiongkok di Swiss menghasilkan semacam gencatan senjata tarif.

Langkah ini membuka kembali salah satu pasar terbesar Boeing setelah sempat ditutup akibat pengumuman tarif 145% oleh Trump terhadap barang impor dari Tiongkok bulan April lalu.

Namun ancaman lain datang dari seberang Atlantik. Uni Eropa kini mempertimbangkan tarif terhadap pesawat Boeing dan mobil buatan AS, jika perundingan dagang dengan pemerintahan Trump tidak membuahkan hasil.

Artinya, meskipun pesawat Boeing sedang laris manis, langit belum sepenuhnya cerah.

Dari Bangkai ke Bintang Boeing dalam Sorotan Investor

Pasar saham tentu merespons. Saham Boeing telah naik hampir 20% sepanjang 2025, sebuah pencapaian signifikan mengingat pada 2024 sahamnya anjlok lebih dari 30%. Menurut Peter McNally dari Bridge, “Permintaan tetap kuat.

Masalah jangka pendek tak mengubah tren naik yang lebih besar.”

Lebih dari sekadar perbaikan keuangan, narasi kebangkitan Boeing mencerminkan dinamika kekuatan global bagaimana perusahaan bisa menjadi alat diplomasi, simbol nasionalisme ekonomi, bahkan alat tawar-menawar dalam negosiasi dagang tingkat tinggi.

Boeing dan Realitas Ekonomi Politik Global

Boeing bukan sekadar produsen pesawat. Dalam lanskap ekonomi politik modern, ia adalah entitas strategis penentu arah kerja sama dagang, simbol kedaulatan manufaktur Amerika, dan kini, pion penting dalam permainan catur geopolitik Donald Trump.

Pertanyaannya bukan hanya apakah Boeing akan pulih penuh, tetapi juga: apakah kita sedang melihat cetak biru baru tentang bagaimana korporasi multinasional akan bertahan di dunia yang makin dikendalikan oleh perjanjian politik dan bukan sekadar hukum pasar?

Dan jika iya, maka Boeing bukan hanya terbang lagi ia sedang mengudara dengan kecepatan Mach tinggi, dengan Washington di kokpitnya.

Nanovest News v4.8.0