Qatar Airways Teken Kontrak $96 Miliar dengan Boeing dan GE Terbesar dalam Sejarah Aviasi AS
Qatar Airways resmi memesan 210 pesawat Boeing dan 400 mesin GE senilai $96 miliar. Kesepakatan ini diklaim akan menciptakan 1 juta lapangan kerja di AS dan menjadi sinyal baru diplomasi ekonomi global.

Kiki • May 16, 2025

Sementara sorotan dunia keuangan masih terfokus pada pertarungan suku bunga dan gejolak pasar saham, ada satu berita raksasa yang terbang tinggi dari Timur Tengah menuju pusat industri aviasi global: Qatar Airways resmi menandatangani kontrak pembelian senilai $96 miliar dengan dua nama besar Amerika Serikat Boeing dan GE Aerospace.
Nilai ini bukan hanya mencetak sejarah bagi ketiga pihak, tetapi juga menyiratkan perubahan besar dalam strategi diplomatik dan ekonomi AS di bawah kepemimpinan Presiden Trump.
Mewah, Masif, dan Bersejarah
Kesepakatan ini mencakup pemesanan hingga 210 unit pesawat widebody Boeing 787 Dreamliner dan 777X, serta lebih dari 400 mesin jet GEnx dan GE9X dari GE Aerospace. Meski angka $96 miliar ini tampak luar biasa, perlu dicatat bahwa biasanya diskon besar antara 50 hingga 60 persen diberlakukan dalam kontrak semacam ini.
Artinya, nilai aktual yang dibayarkan mungkin lebih rendah, tetapi tetap mencerminkan sinyal kepercayaan kuat Qatar terhadap kualitas dan komitmen jangka panjang industri dirgantara AS.
Menurut Boeing, kontrak ini adalah pesanan terbesar dalam sejarah untuk model widebody dan Dreamliner, sementara bagi GE Aerospace, ini menjadi rekor untuk pesanan mesin pesawat berbadan lebar.
Qatar Airways pun mengukir sejarah internal dengan menjadikannya pesanan armada terbesar mereka sekali lagi menegaskan peran negara Teluk ini sebagai raksasa transportasi udara global.
1 Juta Lapangan Kerja dan Kekuatan Diplomasi
Pemerintah AS menyatakan bahwa kontrak ini akan mendukung sekitar 154.000 pekerjaan di Amerika setiap tahunnya selama fase produksi dan pengiriman total lebih dari 1 juta pekerjaan.
Dalam iklim ekonomi yang semakin fokus pada proteksionisme dan kemandirian industri, kesepakatan ini adalah contoh konkret “economic diplomacy” yang berbicara lebih keras dari pidato mana pun.
Presiden Trump, dalam turnya di Timur Tengah minggu ini, terlihat aktif membangun ulang jejaring perdagangan strategis, menyasar mitra lama seperti Qatar dan Arab Saudi dengan pendekatan investasi langsung ke manufaktur dan teknologi AS.
Dari AI hingga Turbin Gas
Menariknya, kontrak Boeing-GE ini hanyalah bagian dari rentetan kesepakatan yang diumumkan Gedung Putih selama kunjungan Trump. Qatar dan Arab Saudi berjanji menggelontorkan lebih dari $243,5 miliar ke sektor-sektor strategis AS, dari pertahanan hingga AI dan energi. Di antaranya:
DataVolt** (Arab Saudi) akan menginvestasikan $20 miliar ke pusat data AI milik Super Micro Computer.
Nvidia** dan AMD akan menjual chip dan prosesor AI senilai $10 miliar kepada perusahaan AI Saudi, Humain.
General Atomics** menandatangani kontrak hampir $2 miliar untuk sistem pesawat tak berawak MQ-9B dengan Qatar.
Raytheon** (melalui RTX) akan memperluas sistem anti-drone Qatar dengan nilai kontrak $1 miliar.
Investasi besar dari Teluk ini bukan hanya menyiratkan ambisi regional dalam transformasi digital dan pertahanan, tetapi juga memperlihatkan pergeseran dari peran pasif investor portofolio menjadi investor strategis lintas sektor.
Apa Makna di Balik Angka?
Kesepakatan Qatar Airways bukan hanya soal pesawat atau mesin jet. Ini adalah simbol. Simbol bahwa dominasi AS dalam sektor aviasi masih kuat, meski Airbus kerap mencoba menyaingi dari Eropa.
Simbol bahwa diplomasi ekonomi dapat lebih efektif dibandingkan sanksi atau tekanan politik. Dan simbol bahwa transformasi global ke arah pertahanan berbasis AI dan logistik udara ultra-modern akan sangat dipengaruhi oleh siapa yang menguasai jalur produksi dan teknologi.
Qatar sendiri, meski kecil secara geografis, secara konsisten berperan sebagai penghubung Timur dan Barat. Dengan investasi semasif ini, negara tersebut tak hanya memperkuat posisi geopolitiknya, tetapi juga menggarisbawahi tekadnya menjadi pemimpin dalam sektor logistik, energi bersih, dan teknologi.
Apa yang Perlu Diwaspadai?
Meski terlihat menjanjikan, pengamat industri memperingatkan agar tidak terlalu cepat euforia. Riak geopolitik di kawasan, ketergantungan pada kestabilan harga minyak, dan dinamika suku bunga global masih menjadi risiko yang bisa mempengaruhi kelangsungan dan dampak nyata dari kesepakatan ini.
Namun untuk saat ini, satu hal pasti: Boeing dan GE telah mendapatkan “angin segar” yang mereka butuhkan, dan Qatar telah memperkuat posisinya sebagai raja udara baru di Timur Tengah.