China Buyback Emas: Harga Emas Melonjak di Tengah Gejolak Timur Tengah
Harga emas naik 1,1% ke level tertinggi dua minggu setelah Bank Sentral China kembali membeli emas dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah memicu permintaan safe-haven.
Rendy • Dec 10, 2024
Harga emas melonjak ke level tertinggi dua minggu, didorong oleh kombinasi pembelian kembali emas oleh Bank Sentral China (PBOC) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Dalam perdagangan Senin, emas spot mencatat kenaikan sebesar 1,1%, mencapai $2.662,98 per ounce, sementara emas berjangka AS naik 1% ke $2.685,50 per ounce. Kenaikan ini memperkuat posisi emas sebagai aset safe-haven yang dicari investor di tengah ketidakpastian global.
China Kembali ke Pasar Emas Setelah Jeda Enam Bulan
Pengumuman terbaru dari Bank Sentral China bahwa mereka kembali membeli emas setelah jeda enam bulan menjadi salah satu pendorong utama reli ini. Dalam laporan Sabtu lalu, PBOC mengungkapkan penambahan cadangan sebesar 160.000 troy ounce atau sekitar 5 ton pada November.
Meskipun jumlah ini relatif kecil dibandingkan pembelian bulanan sebelumnya, langkah ini dianggap sebagai sinyal penting.
“Ini menunjukkan bahwa China tetap fokus pada diversifikasi cadangan mereka dan melindungi diri dari depresiasi mata uang,” ujar Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.
China, sebagai pembeli emas terbesar pada 2023, tampaknya melanjutkan strategi untuk memperkuat posisi ekonominya di tengah ketidakpastian global.
Namun, skeptisisme muncul terhadap akurasi laporan pembelian PBOC. Rhona O’Connell dari StoneX Group Inc. menyoroti bahwa PBOC memiliki riwayat menyembunyikan pembelian emas selama berbulan-bulan sebelum akhirnya mengumumkan peningkatan signifikan.
Ketegangan Timur Tengah Memanaskan Permintaan Safe-Haven
Di luar langkah China, ketegangan di Timur Tengah turut memperkuat permintaan emas. Perebutan ibu kota Damaskus oleh pemberontak Suriah dan pelarian Presiden Bashar al-Assad ke Rusia memicu gejolak politik besar di kawasan tersebut.
Selain itu, serangan udara AS terhadap target ISIS di Suriah menambah kerumitan situasi geopolitik.
“Keruntuhan pemerintah Suriah memicu ketidakpastian baru dan dapat meningkatkan permintaan untuk aset safe-haven seperti emas,” ujar analis dari ANZ Group Holdings Ltd.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah, dikombinasikan dengan sikap waspada terhadap potensi kebangkitan ekstremisme di wilayah tersebut, memperburuk sentimen global.
Emas, yang tidak menghasilkan bunga, cenderung mendapatkan keuntungan dalam situasi politik dan ekonomi yang tidak stabil.
Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Pasar juga fokus pada pertemuan Federal Reserve AS yang dijadwalkan minggu depan. Setelah memangkas suku bunga sebanyak 75 basis poin sejak September, para pedagang memperkirakan peluang sebesar 86% untuk pemangkasan tambahan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 17-18 Desember.
Sikap pelonggaran moneter oleh The Fed ini semakin memperkuat daya tarik emas. Di tengah inflasi yang tetap rendah dan turunnya imbal hasil Treasury AS, emas menjadi pilihan investasi yang menarik. “Dalam jangka menengah, tailwinds dari ketegangan geopolitik dan tekanan pada sektor perbankan akan terus mendukung harga emas hari ini,” tambah O’Connell.
Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik, pelonggaran moneter The Fed, dan langkah China untuk melanjutkan pembelian emas, prospek emas terlihat semakin solid. Tahun ini, emas telah mencatatkan kenaikan hampir 30%, dengan rekor tertinggi di atas $2.790 pada Oktober lalu.