Dolar Menguat & Emas Melemah, Ada Apa?

Harga emas ambruk, dipengaruhi oleh lonjakan dolar AS. Analis optimis emas tetap jadi aset lindung nilai di tengah ekspektasi inflasi dan ketidakpastian moneter AS.

article author image

MohammadNov 13, 2024

article cover image

Pasca terpilihnya kembali Donald Trump sebagai Presiden AS pada 6 November lalu, harga emas dunia mencatatkan penurunan tajam.

Pada perdagangan Selasa (12/11/2024), harga emas spot turun hingga 0,8%, mencapai level US$ 2.599,34 per troy ons, posisi terendah dalam hampir dua bulan terakhir. Pelemahan ini diperparah dengan penguatan dolar AS yang mendekati level tertinggi dalam empat bulan, membuat harga emas semakin mahal bagi investor global.

Screenshot 2024-11-13 164609.png

Mengapa Harga Emas Terus Melemah?

Penguatan dolar AS menjadi pendorong utama yang melemahkan emas. Indeks Dolar AS (DXY) melonjak signifikan, mencapai level 105,54, tertinggi sejak awal Juli 2024, bahkan menyentuh 106,2 yang merupakan rekor dua tahun. Kenaikan ini sejalan dengan ekspektasi pasar bahwa ekonomi AS akan tumbuh lebih kuat di bawah kebijakan ekonomi Trump yang optimistis.

Di sisi lain, imbal hasil obligasi AS (US Treasury) juga mengalami peningkatan, menambah tekanan pada harga emas. Dengan harga emas yang dinilai dalam dolar, penguatan mata uang ini otomatis membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, mengalihkan minat investor ke aset berisiko seperti saham yang didukung oleh sentimen “Trump trade.”

Ekspektasi Inflasi dan Daya Tahan Emas sebagai Instrumen Lindung Nilai

Walaupun harga emas saat ini sedang tertekan, analis pasar optimis bahwa ini hanyalah koreksi dalam tren bullish jangka panjang. Daniel Pavilonis dari RJO Futures menyebutkan bahwa harga emas bisa kembali terdorong naik jika inflasi AS kembali meningkat.

Sentimen investor saat ini sedang menunggu data indeks harga konsumen (CPI) AS yang akan dirilis hari ini (13/11/2024), sebagai indikator untuk memahami arah kebijakan moneter dari Federal Reserve.

Carsten Menke dari Julius Baer juga menambahkan bahwa meski harga emas sedang turun, bank sentral di negara-negara berkembang tetap melihat emas sebagai instrumen penting untuk melindungi diri dari ketergantungan terhadap dolar AS. Bagi mereka, emas masih dianggap sebagai aset lindung nilai yang kuat terhadap inflasi dan ketidakpastian kebijakan moneter.

Apakah Harga Emas Akan Bertahan di Level Support?

Saat ini, level support di sekitar US$ 2.600 per troy ons diprediksi akan menjadi pertahanan bagi harga emas. Dengan ekspektasi inflasi yang tinggi dan kemungkinan penurunan suku bunga pada Desember yang menurun drastis dari 80% ke 59% sejak hasil pemilu diumumkan, investor mempertimbangkan potensi kenaikan harga emas dalam jangka panjang sebagai pelindung nilai yang solid.

Namun, sementara sentimen investor condong pada aset berisiko, emas menghadapi tekanan jangka pendek. Penurunan tiga hari berturut-turut pada harga emas setelah pemilu menunjukkan bahwa pasar tengah beradaptasi dengan ekspektasi baru di bawah kepemimpinan Trump.

Nanovest News v3.21.0