Emas Cetak Rekor 4 Hari Beruntun, Didukung Stimulus China dan Ketegangan Timur Tengah
Harga emas mencetak rekor tertinggi empat hari berturut-turut, didorong oleh stimulus ekonomi China dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Apakah tren ini akan berlanjut? Simak ulasannya di sini.
Kiki • Sep 25, 2024
Harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi empat hari berturut-turut pada perdagangan Selasa (24/9/2024), dipicu oleh rencana stimulus besar-besaran dari pemerintah China dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, semakin diminati di tengah ketidakpastian global. Berdasarkan data Refinitiv, harga emas melesat 1,08% ke level US$ 2.656,7 per troy ons, memperbarui rekor all-time high (ATH).
Emas telah menguat sebesar 3,8% sejak Kamis pekan lalu, dengan tren positif yang terus berlanjut hingga Rabu (25/9/2024), ketika emas naik tipis lagi sebesar 0,1% ke US$ 2.659,27 per troy ons pada pukul 06.00 WIB.
Kenaikan harga ini tak lepas dari dua faktor utama: rencana stimulus China yang dijuluki "senjata ekonomi" untuk menghidupkan kembali ekonominya, serta meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
Stimulus China Faktor Kunci Kenaikan Emas
China, konsumen terbesar emas dunia, memainkan peran penting dalam lonjakan harga logam mulia ini. Pemerintah China, melalui bank sentralnya, People’s Bank of China (PBoC), mengumumkan sejumlah langkah stimulus untuk menopang ekonominya yang sedang tertekan.
Stimulus ini termasuk pemangkasan rasio cadangan bank sebesar 50 basis poin (bps), serta penurunan suku bunga deposito dan hipotek.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat memompa likuiditas ke dalam perekonomian China yang sedang mengalami deflasi dan memperbaiki sektor properti yang terpuruk. Gubernur PBoC, Pan Gongsheng, menjelaskan bahwa suku bunga repo tujuh hari juga akan diturunkan 0,2 poin persentase menjadi 1,5%, memberikan dorongan lebih lanjut bagi peminjam dan rumah tangga.
Langkah ini diprediksi akan merangsang perekonomian domestik, yang secara langsung mempengaruhi permintaan emas di pasar global.
Sebagai salah satu komoditas yang sangat sensitif terhadap perkembangan ekonomi China, harga emas mendapat dorongan dari prospek permintaan yang meningkat. China sendiri telah lama menjadi konsumen emas terbesar dunia, dan kebijakan stimulus seperti ini cenderung menciptakan lonjakan permintaan yang bisa mengangkat harga lebih tinggi.
Ketegangan Timur Tengah Emas Kembali Jadi Pelarian
Sementara itu, ketegangan geopolitik di Timur Tengah juga turut memicu kenaikan harga emas. Konflik antara Israel dan kelompok Hizbullah yang berbasis di Lebanon telah memasuki fase baru, dengan serangan balasan dari Israel yang menewaskan hampir 500 orang dan melukai lebih dari 1.600 lainnya.
Israel mengklaim telah menghantam 1.300 target Hizbullah, menjadikan hari tersebut sebagai salah satu yang paling mematikan sejak perang antara kedua pihak pada tahun 2006.
Gejolak geopolitik seperti ini umumnya mendorong investor untuk mencari aset yang lebih aman, dan emas kembali menjadi pilihan utama. Ketidakpastian di kawasan Timur Tengah, yang kerap menjadi pusat ketegangan, membuat pasar global lebih berisiko, sehingga memicu lonjakan permintaan terhadap emas sebagai aset perlindungan.
Data Ekonomi AS Tekanan Tambahan untuk The Fed
Selain pengaruh dari China dan Timur Tengah, data ekonomi terbaru dari Amerika Serikat juga mempengaruhi pergerakan harga emas. Indeks kepercayaan konsumen AS pada September 2024 mengalami penurunan terbesar sejak Agustus 2021, turun 6,9 poin menjadi 98,7. Penurunan ini lebih buruk dari ekspektasi pasar yang memprediksi indeks akan berada di level 103,8.
Penurunan keyakinan konsumen di AS, yang sebagian besar disebabkan oleh tingginya biaya hidup dan pasar tenaga kerja yang melemah, memberikan tekanan tambahan bagi bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang baru-baru ini menurunkan suku bunga sebesar 50 basis poin.
Jika kondisi ini berlanjut, The Fed mungkin akan mempertimbangkan penurunan suku bunga lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Emas Aset Safe Haven yang Tak Terbantahkan
Lonjakan harga emas saat ini menegaskan kembali posisinya sebagai aset safe haven utama di tengah ketidakpastian global. Stimulus China yang diharapkan dapat meningkatkan permintaan, ketegangan di Timur Tengah yang memperburuk risiko geopolitik, serta penurunan kepercayaan konsumen AS, semuanya berkontribusi terhadap tren kenaikan emas.
Bagi investor, emas sekali lagi menjadi pilihan utama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi dan geopolitik. Harga yang terus mencetak rekor menunjukkan bahwa permintaan terhadap logam mulia ini tetap tinggi, terutama ketika risiko global semakin meningkat.
Dengan sentimen yang saat ini mendukung emas, baik dari sisi kebijakan ekonomi China maupun ketidakpastian geopolitik, emas diperkirakan akan terus berada di jalur kenaikan dalam waktu dekat.
Namun, bagi investor, perlu juga diingat bahwa pasar emas sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan ekonomi dan perkembangan geopolitik, sehingga volatilitas harga tetap menjadi faktor yang harus diperhitungkan.