Emas Melemah Dampak dari Stimulus China yang Gagal dan Dolar AS Naik
Harga emas turun akibat stimulus ekonomi China yang gagal memicu optimisme investor, sementara penguatan dolar AS menambah tekanan pada logam mulia di pasar global.
M • Oct 15, 2024
Pasar emas global kembali terguncang oleh sentimen negatif setelah langkah-langkah stimulus ekonomi yang dikeluarkan China gagal membangkitkan kepercayaan investor. Negara konsumen emas terbesar dunia ini terlihat mengalami pelambatan ekonomi yang signifikan, dan bukannya memicu permintaan logam mulia, malah membuat harga emas tertekan.
Dalam situasi ini, reli dolar AS ke level tertinggi dalam dua bulan terakhir menjadi salah satu faktor utama yang menekan harga emas, membuat logam mulia ini terjebak dalam zona merah.
Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan Senin (14/10/2024), harga emas dunia di pasar spot turun 0,19% ke level $2.651,05 per troy ons. Tren penurunan ini berlanjut pada awal perdagangan Selasa (15/10/2024), dengan penurunan tipis sebesar 0,04% ke $2.650,19 per troy ons.
Dolar AS Naik, Emas Kehilangan Momentum
Kenaikan tajam dolar AS memperpanjang tekanan terhadap emas. Dolar AS mencapai level tertinggi sejak pertengahan Agustus, sementara euro terus melemah menjelang pertemuan bank sentral minggu ini. Penguatan dolar membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, mengurangi daya tarik logam mulia ini sebagai aset aman di tengah volatilitas pasar global.
Phillip Streible, Kepala Strategi Pasar di Blue Line Futures, mencatat bahwa ada "banyak hambatan kecil bagi emas" saat ini. Selain dari stimulus China yang mengecewakan, penguatan dolar, pelemahan euro, aksi ambil untung, dan penurunan logam dasar juga turut menekan harga emas.
Reli harga emas yang mencapai rekor dalam beberapa bulan terakhir telah mengurangi permintaan investor di pasar China, meskipun biasanya mereka merupakan konsumen emas terbesar.
Stimulus China yang Tak Memuaskan Pasar
Stimulus ekonomi yang diluncurkan oleh pemerintah China bertujuan untuk mendorong pertumbuhan domestik di tengah perlambatan ekonomi yang meluas. Namun, langkah ini belum berhasil menghidupkan kembali optimisme investor global terhadap emas.
Zain Vawda, analis pasar di MarketPulse oleh OANDA, menjelaskan bahwa data ekonomi yang lemah dari China memberikan dampak ganda pada emas. Di satu sisi, perlambatan permintaan di China dapat menekan harga emas. Namun, di sisi lain, jika perlambatan ini terus memburuk, emas bisa kembali menjadi aset aman yang diminati oleh investor.
Menurut Vawda, meskipun ada sejumlah tekanan jangka pendek, masih ada lebih banyak faktor yang mendukung harga emas untuk tetap tinggi. Salah satu faktor yang menjadi perhatian utama investor global adalah ketidakpastian ekonomi dan ketegangan geopolitik, yang terus menjadi pendorong utama bagi harga emas.
Fokus Pasar Pada Federal Reserve dan Geopolitik
Selain pengaruh dari China, perhatian investor kini tertuju pada pernyataan pejabat Federal Reserve yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut terkait kebijakan suku bunga AS.
Saat ini, para trader memprediksi sekitar 82% kemungkinan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan di bulan November mendatang. Penurunan suku bunga biasanya mendukung harga emas, karena biaya peluang untuk memegang logam mulia ini menjadi lebih rendah.
Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang masih terjadi turut mendukung kenaikan harga emas di pasar global. Joseph Cavatoni, ahli strategi pasar di World Gold Council, menegaskan bahwa meskipun ada tekanan dari faktor-faktor ekonomi, ketegangan geopolitik dan kekhawatiran global tetap menjadi faktor penting yang menjaga daya tarik emas di kalangan investor Barat.