Emas Tembus $3.200: Ketegangan Dagang dan Dolar Melemah Jadi Pemicu

Harga emas pecahkan rekor baru di tengah perang dagang AS-Tiongkok dan anjloknya dolar. Investor global berbondong ke aset safe haven, sementara ekspektasi pemangkasan suku bunga terus menguat.

article author image

KikiApr 14, 2025

article cover image

Dalam dunia yang makin tidak pasti, emas kembali menegaskan statusnya sebagai pelindung kekayaan paling legendaris. Harga emas mencetak rekor baru, melesat melewati angka $3.200 per ons, menyusul kekhawatiran mendalam soal resesi global yang dipicu oleh memanasnya kembali perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, serta anjloknya nilai tukar dolar.

Spot gold naik hampir 2% ke level $3.235,89 per ons pada Jumat sore waktu AS, setelah sempat menyentuh titik tertinggi sepanjang masa di $3.245,28. Kontrak berjangka emas AS juga tidak kalah impresif, mengakhiri sesi di angka $3.244,60, naik 2,1%.

“Emas saat ini bukan hanya aset safe haven. Ia menjadi barometer kepercayaan terhadap stabilitas global,” ujar Nitesh Shah, Kepala Strategi Komoditas di WisdomTree.

Apa yang Memicu Lonjakan Harga Emas?

  1. Perang Dagang AS-Tiongkok Meletup Kembali**

Tiongkok resmi menaikkan tarif terhadap produk AS hingga 125%, sebagai respons atas langkah tarif baru dari pemerintahan Trump. Ketegangan ini mengaburkan prospek perdagangan global dan meningkatkan potensi terjadinya resesi.

  1. Dolar AS Melemah Tajam**

Dolar tertekan terhadap mayoritas mata uang utama dunia. Karena emas dihargai dalam dolar, penurunan ini membuat logam mulia tersebut lebih murah bagi investor luar negeri, meningkatkan permintaan global.

  1. Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga oleh The Fed**

Data inflasi produsen AS untuk Maret menunjukkan penurunan mengejutkan sebesar 0,4%, memperbesar kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan Juni. Pasar kini memproyeksikan pemangkasan sebesar 90 basis poin hingga akhir 2025.

  1. Arus Masuk ke ETF Emas dan Pembelian Bank Sentral**

Minat terhadap ETF berbasis emas melonjak, mencerminkan permintaan ritel dan institusional yang meningkat. Bank sentral dunia, termasuk Tiongkok dan India, juga terus membeli emas sebagai bagian dari diversifikasi cadangan devisa.

Tempat Berlindung di Tengah Badai

Dalam lingkungan suku bunga rendah dan ketidakpastian geopolitik, emas yang tidak memberikan imbal hasil justru semakin menarik. Investor melihat logam kuning ini bukan hanya sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tapi juga terhadap instabilitas geopolitik dan kebijakan fiskal yang memburuk.

Tai Wong, seorang trader logam independen, menambahkan, “Koreksi kecil mungkin terjadi, tapi arah jangka menengah emas tetap naik, terutama jika data CPI dan PPI terus memberi ruang bagi The Fed untuk longgar.”

Tapi Apakah Ini Akan Terus Naik?

Tidak semua pihak yakin reli emas akan berlangsung selamanya. Analis UBS menyebutkan beberapa skenario yang bisa membatasi lonjakan ini:

  • Meredanya ketegangan geopolitik**

  • Pemulihan kerja sama dagang antarnegara besar**

  • Perbaikan kondisi fiskal dan makroekonomi AS**

Namun, dengan tarif baru yang baru saja diumumkan dan retorika anti-perdagangan bebas kembali mendominasi Gedung Putih, skenario tersebut tampaknya masih jauh dari kenyataan.

Mengikuti atau Tertinggal?

  • Perak**: Naik 3,2% ke $32,18 per ons

  • Platinum**: Turun 0,2% ke $936,36

  • Palladium**: Naik 0,7% ke $914,87

Sementara perak ikut terbawa sentimen positif emas, platinum dan palladium tampaknya masih bergelut dengan dinamika permintaan industri otomotif yang belum stabil.

Emas Kembali Jadi Raja

Ketika dolar limbung, inflasi tidak pasti, dan para investor mempertanyakan masa depan ekonomi global, emas kembali menjadi pelarian utama. Naiknya harga ke atas $3.200 bukan hanya soal angka ini adalah indikator bahwa kepercayaan terhadap sistem ekonomi global sedang mengalami krisis serius.

Apakah ini awal dari era baru harga emas $3.500 atau bahkan $4.000? Semuanya akan bergantung pada langkah The Fed, dinamika geopolitik, dan kemampuan ekonomi global menghindari resesi penuh.

Nanovest News v3.23.2