Emas Terpuruk, Investor Berpaling dari Safe Haven setelah Trump Longgarkan Tarif

Harga emas terkoreksi tajam setelah kesepakatan dagang global mencairkan ketegangan geopolitik. Pantau level teknikal kritis dan sinyal inflasi untuk langkah selanjutnya.

article author image

KikiMay 15, 2025

article cover image

Pasar global tengah diliputi euforia bukan karena perayaan, tetapi karena sinyal damai dari dua kekuatan ekonomi dunia: Amerika Serikat dan Tiongkok. Sementara pelaku pasar menyambut kabar pemangkasan tarif dengan aksi beli saham dan aset berisiko lainnya, emas yang selama ini dikenal sebagai “benteng terakhir” di tengah ketidakpastian malah tergelincir hingga ke level terendah dalam lebih dari sebulan.

Harga emas spot turun lebih dari 2% ke level $3.181,62 per ons pada Rabu (14/5), menyentuh titik terendah sejak 11 April. Bahkan sempat menyentuh level intraday $3.174,62 sebelum sedikit membaik.

Futures emas AS juga melemah 1,8% dan ditutup di $3.188,30. Ini merupakan koreksi yang cukup dalam, mengingat emas sempat menyentuh rekor tertinggi $3.500,05 bulan lalu akibat ketegangan geopolitik dan ketidakpastian moneter global.

Arah Baru dari Washington dan Beijing Tarik Napas Pasar Keuangan

Penurunan harga emas kali ini bukan karena pelemahan ekonomi, tapi justru karena kebalikannya: sinyal bahwa ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok akan mereda. Dalam kesepakatan yang diumumkan awal pekan ini, kedua negara sepakat memangkas tarif secara drastis dan mengumumkan masa tenggang selama 90 hari untuk merinci kesepakatan lanjutan.

Presiden AS Donald Trump bahkan menyatakan kemungkinan akan berunding langsung dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping dalam waktu dekat. Tak hanya itu, Trump juga menyebut bahwa kesepakatan serupa dengan India, Jepang, dan Korea Selatan tengah disiapkan, memicu antisipasi lebih luas terhadap arus perdagangan yang lebih terbuka dan ekspansif.

Kondisi ini memicu lonjakan selera risiko. Indeks-indeks utama Wall Street dibuka menguat, dan investor pun mulai memindahkan dana dari emas ke instrumen yang lebih sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Koreksi Teknis dan Level Kritis Harga Emas

Menurut Tai Wong, trader logam mulia independen, reaksi cepat pasar ini juga memicu koreksi teknikal pada harga emas yang mematahkan beberapa level support penting. "Rally global yang dipicu oleh pemangkasan tarif besar-besaran telah memicu penurunan tajam emas melalui level teknikal utama,” ujarnya.

Sementara itu, Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com, mengingatkan bahwa meskipun tren jangka panjang emas masih positif (bullish), tekanan jual saat ini bisa bertahan dalam beberapa hari ke depan.

Dia memproyeksikan tiga level penting sebagai target penurunan berikutnya:

  • $3.136

  • $3.073

  • $3.000 (level psikologis utama)

Jika harga menembus $3.000, ini bisa memicu aksi jual lanjutan dan memicu perubahan narasi pasar yang selama ini sangat bergantung pada emas sebagai pelindung nilai (hedge) terhadap ketidakpastian global.

Data Inflasi dan Kebijakan The Fed Faktor Penentu Berikutnya

Pasar kini menanti data inflasi produsen (PPI) AS yang akan dirilis Kamis. Data ini krusial karena akan menjadi petunjuk lanjutan mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed. Jika data inflasi produsen lebih lemah dari perkiraan, tekanan pada The Fed untuk memangkas suku bunga akan meningkat dan ini bisa kembali mengangkat daya tarik emas sebagai aset non-yielding (tanpa bunga).

Namun, sebaliknya, jika data PPI menunjukkan inflasi masih membandel, kemungkinan The Fed mempertahankan suku bunga tinggi bisa memperpanjang tekanan terhadap harga emas.

Logam Mulia Lain Juga Tertekan

Penurunan harga tak hanya terjadi pada emas. Perak turun 1,9% ke $32,25 per ons, platinum melemah 0,6% ke $982,05, dan palladium turun 0,3% ke $954,36. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap aset logam mulia secara umum sedang berada di zona defensif.

Arah Angin Pasar Berubah, Emas Uji Daya Tahan

Pasar emas kini menghadapi persimpangan jalan. Di satu sisi, ketegangan geopolitik yang mulai mereda memangkas permintaan atas aset safe haven. Di sisi lain, kondisi ekonomi global masih rapuh, dan inflasi masih menjadi ancaman nyata.

Dengan ekspektasi pemulihan perdagangan dan sinyal dari The Fed yang belum sepenuhnya jelas, harga emas bisa mengalami volatilitas yang tinggi dalam beberapa minggu ke depan. Namun, seperti yang sering terjadi dalam dunia investasi: saat dunia terlihat tenang, justru di situlah risiko tersembunyi menanti.

Nanovest News v4.8.0