Harga Emas Jatuh di Bawah US$2.500, Investor Tunggu Sinyal Kebijakan The Fed

Harga emas jatuh dari level psikologis US$2.500, tertekan penguatan dolar AS dan imbal hasil US Treasury. Pasar kini menunggu data ekonomi AS dan keputusan suku bunga The Fed di bulan September.

article author image

KikiSep 4, 2024

article cover image

Harga emas terus tertekan, kembali melemah dan menyentuh titik terendah dalam lebih dari sepekan, memicu kekhawatiran investor akan tren penurunan yang bisa terus berlanjut. Pada perdagangan Senin (2/9/2024), harga emas di pasar spot ditutup turun 0,15% menjadi US$2.499,29 per troy ons.

Ini pertama kalinya emas terlempar dari level psikologis US$2.500 dalam enam hari terakhir, mematahkan ekspektasi pasar akan stabilitas emas di atas level tersebut.

Kejatuhan ini tak lepas dari dampak penguatan dolar AS dan kenaikan imbal hasil US Treasury. Indeks dolar AS mencapai 101,698, tertinggi sejak 19 Agustus 2024, sementara imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun merangkak naik ke 3,91%, yang merupakan level tertinggi dalam sebulan terakhir.

Penguatan dolar dan imbal hasil obligasi AS ini mengikis daya tarik emas sebagai aset lindung nilai.

Mengapa Dolar AS dan Imbal Hasil Treasury Berperan Penting?

Investor umumnya beralih ke aset safe-haven seperti emas ketika risiko pasar meningkat, tetapi kondisi pasar saat ini justru menyoroti kebalikannya. Penguatan dolar AS membuat emas lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang selain dolar, sehingga permintaan pun menurun. Selain itu, imbal hasil Treasury yang lebih tinggi menawarkan keuntungan yang lebih menarik dibanding emas, yang tidak memberikan imbal hasil.

Seiring dengan naiknya imbal hasil obligasi, emas semakin kehilangan daya tariknya di mata investor yang mencari return lebih cepat.

Penguatan dolar dan imbal hasil obligasi ini tidak bisa dipisahkan dari ekspektasi pasar terkait kebijakan moneter The Federal Reserve (The Fed). Pasar tengah menanti data ekonomi penting dari Amerika Serikat, seperti survei ISM, laporan JOLTS, ketenagakerjaan ADP, hingga laporan penggajian nonpertanian yang dijadwalkan rilis pekan ini.

Data ini akan menjadi penentu bagi keputusan The Fed dalam pertemuan kebijakan moneter pada 17-18 September mendatang.

Menurut CME FedWatch, investor saat ini memperkirakan peluang 69% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan tersebut, sementara 31% lainnya melihat kemungkinan pemangkasan lebih besar sebesar 50 basis poin.

Kejelasan lebih lanjut mengenai kebijakan ini akan berdampak besar pada pergerakan emas di masa depan, mengingat suku bunga yang lebih rendah biasanya menguntungkan bagi emas karena menurunkan biaya peluang menyimpan aset yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas.

Taking Profit atau Pertanda Awal Penurunan Lebih Jauh?

Beberapa analis melihat penurunan harga emas baru-baru ini sebagai aksi taking profit dari para investor yang ingin mengamankan keuntungan setelah emas mencatatkan performa positif dalam beberapa pekan terakhir.

Giovanni Staunovo, analis dari UBS, mencatat bahwa tanpa kejelasan lebih lanjut mengenai besarnya pemangkasan suku bunga oleh The Fed, pasar cenderung menahan pergerakan emas.

"Untuk bergerak lebih tinggi dari sini, kita perlu memiliki kejelasan lebih lanjut apakah akan ada penurunan suku bunga sebesar 25 atau 50 basis poin, dan data ketenagakerjaan yang akan dirilis minggu ini mungkin memberikan sinyal tersebut," jelasnya kepada Reuters.

Namun, tren penurunan dua hari beruntun emas dengan total pelemahan hampir 0,9% ini tetap memicu kekhawatiran. Dalam beberapa hari ke depan, pergerakan harga emas bisa dipengaruhi oleh data ekonomi Amerika Serikat, serta bagaimana investor bereaksi terhadap kebijakan moneter The Fed.

Risiko dan Peluang di Tengah Ketidakpastian Global

Di tengah kekhawatiran akan kebijakan moneter AS, ada beberapa faktor yang tetap memberikan dukungan bagi emas. Risiko geopolitik global yang tinggi serta kebutuhan investor untuk melakukan diversifikasi portofolio tetap menjadi pendorong permintaan emas, terutama sebagai aset pelindung di masa ketidakpastian.

Hal ini semakin relevan mengingat kondisi ekonomi global yang terus bergejolak, mulai dari ketegangan perdagangan hingga krisis energi yang terus berlangsung di beberapa wilayah.

Meskipun begitu, kekuatan dolar AS yang mendekati level tertinggi dalam dua minggu terakhir menjadi tantangan utama bagi harga emas. Mata uang Greenback yang lebih kuat membuat emas batangan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga menekan permintaan.

Apa yang Harus Diwaspadai Investor?

Investor emas harus terus memantau beberapa hal kunci dalam beberapa minggu mendatang. Pertama, data ekonomi AS yang dirilis minggu ini akan memberikan gambaran lebih jelas tentang potensi kebijakan The Fed, terutama terkait pemangkasan suku bunga.

Kedua, investor perlu mempertimbangkan penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi AS, yang cenderung menekan harga emas dalam jangka pendek.

Meski emas saat ini berada dalam fase yang menantang, beberapa analis pasar tetap optimis akan potensi rebound di masa depan, terutama jika risiko geopolitik global meningkat atau jika kebijakan moneter AS berubah lebih dovish dari yang diharapkan.

Dengan harga yang terlempar di bawah level US$2.500, banyak investor akan mengamati apakah emas dapat segera bangkit atau justru terjebak dalam tren penurunan lebih lanjut.

Bagi investor yang telah memiliki emas dalam portofolionya, situasi saat ini mungkin menjadi saat untuk bertahan, terutama mengingat ketidakpastian ekonomi global yang masih tinggi. Sementara bagi mereka yang belum memiliki eksposur, koreksi harga emas bisa menjadi peluang untuk masuk sebelum harga kembali bergerak naik.

Dengan semua faktor ini, pergerakan emas dalam beberapa minggu ke depan akan sangat bergantung pada data ekonomi AS dan reaksi pasar terhadap kebijakan The Fed. Bagi para pelaku pasar, kehati-hatian adalah kunci di tengah ketidakpastian yang masih menyelimuti ekonomi global.

Nanovest News v3.19.0