Harga Emas Kembali Menguat, Investor Pantau Isyarat Ekonomi AS dan Konflik Timur Tengah

Harga emas naik tipis di tengah ketidakpastian ekonomi dan konflik geopolitik. Pasar menanti kebijakan suku bunga AS dan perkembangan konflik Timur Tengah yang bisa mendorong harga emas melejit.

article author image

KikiOct 3, 2024

article cover image

Harga emas kembali menguat tipis setelah reli 1% pada perdagangan sebelumnya. Situasi global saat ini menyerupai roller coaster bagi para investor logam mulia, dengan pergerakan harga yang terombang-ambing oleh perkembangan ekonomi di Amerika Serikat dan konflik geopolitik di Timur Tengah.

Data terbaru dari Refinitiv menunjukkan bahwa pada Kamis pagi (3/10/2024) pukul 06.35 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di level US$2.660,64 per troy ons, naik 0,11% dibandingkan penutupan sebelumnya.

Meskipun mencatat penguatan, laju kenaikan harga emas kali ini harus berhadapan dengan tekanan dari dolar AS yang juga menguat.

Kenaikan nilai dolar membuat harga emas yang diperdagangkan dalam mata uang tersebut menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga membatasi minat beli terhadap logam mulia tersebut.

Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures, mengatakan bahwa "Emas mengalami sedikit aksi jual karena penguatan dolar AS, tetapi terlalu banyak hal yang belum jelas dalam 24 jam ke depan untuk menjual emas sekarang."

Haberkorn menambahkan bahwa harga emas bisa melesat di atas US$2.700 per ons jika terjadi eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah, terutama jika Israel benar-benar menyerang Iran. Kekhawatiran akan konflik geopolitik seringkali menjadi pemicu bagi lonjakan harga emas, yang dikenal sebagai aset safe-haven saat terjadi ketidakpastian global.

Kinerja Emas Sepanjang Tahun dan Dampak Geopolitik

Sejauh ini, harga emas telah melonjak lebih dari 28% sepanjang tahun 2024, mendekati rekor tertinggi sebelumnya di angka US$2.685,42 per troy ons. Penguatan harga emas ini terutama didorong oleh ketidakpastian geopolitik, termasuk kekhawatiran akan eskalasi konflik di Timur Tengah.

Situasi ini membuat emas semakin diminati sebagai investasi aman.

Kondisi geopolitik saat ini mengingatkan pada situasi di masa lalu, di mana emas kerap menjadi pelarian investor saat terjadi krisis global, baik politik maupun ekonomi. Eskalasi konflik antara Israel dan negara-negara di Timur Tengah menambah kecemasan pasar, sehingga meningkatkan permintaan emas sebagai aset perlindungan nilai.

Namun, perkembangan ekonomi makro juga memainkan peran penting dalam pergerakan harga emas di masa mendatang.

Pengaruh Kebijakan Suku Bunga dan Data Ekonomi AS

Dalam jangka panjang, suku bunga riil dipandang sebagai faktor utama yang menggerakkan harga emas. Lingkungan suku bunga rendah biasanya menguntungkan bagi emas, karena menurunkan biaya peluang (opportunity cost) dari kepemilikan logam mulia yang tidak menghasilkan bunga. Ahli strategi komoditas senior di ANZ, Daniel Hynes, menekankan pentingnya pergerakan suku bunga riil dalam menentukan arah harga emas.

Pasar saat ini memperkirakan ada peluang sebesar 61% bahwa Federal Reserve AS akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan November. Jika penurunan suku bunga terjadi, hal ini berpotensi mendorong harga emas naik lebih lanjut, karena suku bunga yang lebih rendah cenderung melemahkan dolar AS dan meningkatkan daya tarik emas.

Di sisi lain, data ekonomi AS menjadi perhatian para pedagang. Laporan terbaru dari ADP National Employment menunjukkan bahwa sektor swasta AS menambah 143.000 pekerjaan pada bulan lalu.

Angka ini memberikan indikasi awal tentang kondisi pasar tenaga kerja AS, yang akan dikonfirmasi lebih lanjut oleh data nonfarm payrolls yang dijadwalkan rilis pada hari Jumat.

Para pelaku pasar juga memantau pernyataan dari pejabat Federal Reserve untuk mencari petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan bank sentral. Kebijakan moneter dan pandangan The Fed terhadap inflasi dan pertumbuhan ekonomi akan sangat memengaruhi sentimen pasar terhadap emas dalam jangka pendek.

Dinamika Harga Emas: Antara Safe Haven dan Dolar AS

Emas dikenal sebagai aset safe-haven yang biasanya menguat saat terjadi ketidakpastian politik dan ekonomi. Namun, penguatan dolar AS sering menjadi penghambat bagi kenaikan harga emas, menciptakan dinamika kompleks bagi investor logam mulia.

Dengan konflik geopolitik di Timur Tengah yang terus berkembang dan tanda-tanda pelemahan ekonomi global, posisi harga emas menjadi sangat sensitif terhadap berbagai faktor eksternal.

Selain itu, pergerakan harga emas juga menunjukkan respons terhadap isu inflasi dan potensi resesi. Dalam lingkungan ekonomi yang tidak pasti, emas sering menjadi instrumen pelindung nilai bagi investor untuk mengamankan aset mereka dari fluktuasi pasar.

Namun, investor tetap perlu waspada terhadap volatilitas yang tinggi, mengingat sentimen pasar dapat berubah dengan cepat seiring perkembangan situasi global.

Harga Emas dalam Keseimbangan Dinamis

Dengan harga emas yang terus berfluktuasi seperti roller coaster, para investor harus siap menghadapi berbagai kemungkinan. Ketidakpastian geopolitik, keputusan suku bunga oleh The Fed, dan data ekonomi AS menjadi penentu utama arah pergerakan emas dalam waktu dekat.

Sementara banyak hal yang masih belum jelas, harga emas diperkirakan akan tetap berada dalam posisi yang kuat, terutama jika ketegangan geopolitik meningkat dan kebijakan moneter global tetap akomodatif.

Namun, dengan penguatan dolar AS yang terus berlanjut, kenaikan harga emas mungkin akan terbatas kecuali terjadi kejutan geopolitik atau perubahan kebijakan yang signifikan.

Bagi pemilik logam mulia, kesabaran menjadi kunci untuk menghadapi dinamika pasar yang penuh ketidakpastian. Harga emas bisa melonjak lebih tinggi, terutama jika faktor eksternal seperti eskalasi konflik di Timur Tengah atau perubahan suku bunga mendukung penguatan aset safe-haven ini.

Nanovest News v3.21.0