Harga Emas Meroket dan Terus Diburu Investor di Tengah Geopolitik Tak Menentu
Emas mencapai harga tertinggi baru sebagai aset safe haven di tengah ketidakpastian global, sementara palladium melonjak 9% akibat ancaman sanksi terhadap Rusia.
Mohammad • Oct 28, 2024
Harga emas mencatat kenaikan hampir 1% pada Kamis (26/10), kembali mendekati rekor tertingginya. Ketidakpastian geopolitik yang kian memanas mendorong lonjakan permintaan terhadap aset safe haven, sementara palladium melonjak drastis 9% akibat kekhawatiran sanksi terhadap Rusia, produsen terbesar logam tersebut.
Harga emas spot naik 0,7% menjadi $2.735,55 per ounce pada pukul 13:40 waktu ET (17:40 GMT), setelah sempat turun dari rekor tertinggi di $2.758,37 pada hari Rabu. Kontrak berjangka emas AS ditutup naik 0,7% di $2.748,9. Lonjakan harga ini menjadi cerminan kuatnya permintaan safe haven di tengah situasi global yang tidak menentu.
Emas dan Ketidakpastian Pemilu AS
David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, menyatakan bahwa emas terus dilihat sebagai lindung nilai yang penting terhadap tekanan inflasi.
“Permintaan safe haven dan aliran dana ke emas terus memberikan dukungan kuat,” ungkap Meger. Ditambah lagi, ketidakpastian menjelang pemilu AS juga menambah faktor pendorong yang memperkuat pasar emas.
Investor terus mencari perlindungan di tengah kekhawatiran terhadap kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil. Ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral juga mendukung kenaikan harga emas, yang sepanjang tahun ini telah melonjak lebih dari 32%, memecahkan beberapa rekor sepanjang perjalanan.
“Masalah seputar peningkatan utang fiskal AS semakin memperkuat alasan investasi di emas,” tulis ANZ dalam catatan terbarunya. Emas tetap menjadi pilihan utama bagi investor yang ingin melindungi kekayaannya dari ketidakpastian ekonomi.
Lonjakan Palladium Akibat Ancaman Sanksi Terhadap Rusia
Sementara itu, pasar logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan signifikan. Harga palladium melonjak 9,2% menjadi $1.154,91 per ounce, setelah sebelumnya naik hingga 9,6%, tertinggi sejak Desember 2023.
Peningkatan ini dipicu oleh laporan bahwa Amerika Serikat meminta negara-negara anggota G7 untuk mempertimbangkan sanksi terhadap Rusia terkait ekspor palladium dan titanium. Rusia adalah produsen terbesar palladium, menyumbang sekitar 40% dari pasokan global.
“Jika sanksi benar-benar diberlakukan, pasokan palladium akan semakin ketat, dan ini bisa membuat harga naik secara signifikan,” kata Giovanni Staunovo, analis dari UBS. Peningkatan ini memperlihatkan betapa pentingnya peran Rusia dalam pasar logam mulia dunia dan bagaimana kebijakan geopolitik bisa menggerakkan harga secara drastis.
Pergerakan Logam Mulia Lainnya: Perak dan Platinum
Di sisi lain, perak mengalami sedikit penurunan sebesar 0,3% menjadi $33,64 per ounce, meski sempat mencapai harga tertingginya sejak akhir 2012 pada 22 Oktober lalu. Namun, beberapa analis percaya perak masih memiliki potensi kenaikan yang lebih besar.
Jim Wyckoff, analis senior di Kitco Metals, menyebut perak sebagai “emasnya orang miskin”, menambahkan bahwa harga perak masih jauh di bawah rekor tertingginya, sehingga ruang untuk kenaikan masih sangat terbuka.
Selain itu, platinum juga tercatat naik 0,9% menjadi $1.025,20 per ounce, menunjukkan bahwa minat investor terhadap logam mulia tetap kuat di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Ketidakpastian Global Jadi Faktor Utama
Dengan adanya ancaman ketidakstabilan geopolitik, ketidakpastian ekonomi, dan tekanan inflasi, emas dan logam mulia lainnya kembali mendapatkan perhatian investor sebagai instrumen pelindung nilai. Tren ini diperkirakan akan terus berlanjut, terutama menjelang pemilu AS dan kemungkinan keputusan sanksi terhadap Rusia oleh G7.
Sementara emas tetap kokoh sebagai aset safe haven, pergerakan harga palladium menunjukkan bagaimana dinamika politik global dapat dengan cepat mengubah peta pasokan dan permintaan logam mulia di pasar internasional.