Harga Emas Mulai Tertekan Setelah Cetak Rekor Tertinggi, Apa Penyebabnya?

Emas mencatatkan penurunan tipis setelah mencapai rekor harga tertinggi. Apa dampak pemangkasan suku bunga 50 bps oleh The Fed terhadap pergerakan harga emas ke depan?

article author image

KikiSep 25, 2024

article cover image

Setelah mencatat rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Jumat lalu, harga emas dunia mulai melambat dan mengalami penurunan tipis pada awal pekan ini. Pada Senin pagi (23/9/2024), harga emas global terpantau turun sebesar 0,06% menjadi US$ 2.620,44 per troy ounce, menandakan bahwa pasar sedang mengambil jeda sejenak setelah lonjakan tajam pekan sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat lalu, emas mencetak sejarah baru dengan mencapai harga US$ 2.621,95 per troy ounce, menembus level psikologis US$ 2.600 dan mencatatkan kenaikan sebesar 1,37%.

Namun, pada perdagangan Senin pagi ini, meskipun turun, harga emas masih bertahan di atas level US$ 2.600, menunjukkan bahwa emas masih berada di jalur bullish.

Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Kenaikan harga emas yang signifikan ini tidak lepas dari pengumuman mengejutkan Federal Reserve (The Fed) pekan lalu. Bank sentral Amerika Serikat tersebut mengakhiri kebijakan suku bunga tinggi yang telah diterapkan sejak 2022 dengan melakukan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps), lebih besar dari ekspektasi pasar yang hanya memperkirakan pemotongan 25 bps.

Keputusan The Fed ini membawa suku bunga acuan AS turun ke rentang 4,75%-5,0%, pemotongan terbesar sejak Maret 2020. Langkah ini dilakukan sebagai respons terhadap kondisi ekonomi yang mulai melambat, serta untuk mencegah potensi resesi lebih lanjut.

Kebijakan ini membuat emas, yang dikenal sebagai aset safe haven, semakin diminati oleh para investor, karena suku bunga yang lebih rendah mengurangi daya tarik aset berbunga seperti obligasi.

Langkah Tak Biasa dari The Fed

Pemangkasan suku bunga sebesar 50 bps merupakan langkah yang jarang dilakukan The Fed, kecuali dalam situasi krisis. Dalam 30 tahun terakhir, pemotongan suku bunga sebesar ini hanya dilakukan pada momen-momen kritis, seperti saat gelembung dot-com meledak pada 2001, krisis subprime mortgage pada 2007-2008, dan pandemi global Covid-19 pada 2020.

Oleh karena itu, pemotongan ini menjadi sinyal kuat bahwa The Fed melihat adanya risiko perlambatan ekonomi yang perlu segera diatasi.

Sebelum keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga secara agresif sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023, dengan tujuan meredam inflasi yang melonjak tinggi. Suku bunga kemudian dipertahankan di level 5,25%-5,50% selama lebih dari setahun, sebelum akhirnya dipangkas pada September 2024.

Proyeksi Kebijakan The Fed Hingga 2026

Selain pemangkasan saat ini, The Fed juga memberikan gambaran tentang kebijakan moneternya di masa depan. Para anggota Federal Open Market Committee (FOMC) memproyeksikan bahwa suku bunga akan turun lebih lanjut menjadi 4,4% pada akhir tahun 2024, setara dengan rentang 4,25%-4,5%.

Suku bunga diperkirakan akan terus dipangkas hingga 3,4% pada 2025, yang berarti pemotongan 100 bps lagi. Pada 2026, suku bunga diproyeksikan turun hingga 2,9%, dengan pemangkasan tambahan sebesar 50 bps.

Kebijakan pemangkasan ini diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi AS yang melambat, sekaligus memberikan ruang bagi sektor bisnis untuk berkembang di tengah ketidakpastian global.

Namun, seperti yang telah terjadi sebelumnya, setiap pemotongan suku bunga besar oleh The Fed sering kali memicu lonjakan permintaan untuk aset safe haven seperti emas, karena investor mencari perlindungan dari volatilitas pasar.

Antara Momentum dan Tekanan

Meskipun saat ini harga emas menunjukkan tanda-tanda perlambatan, sebagian besar analis percaya bahwa emas masih memiliki ruang untuk terus naik, terutama jika suku bunga AS terus menurun.

Faktor lain yang mendukung harga emas adalah ketidakpastian ekonomi global, termasuk risiko resesi di beberapa negara maju dan ketegangan geopolitik.

Namun, perlu dicatat bahwa meskipun emas telah mencapai level tertinggi baru, pasar mungkin akan menghadapi fluktuasi dalam beberapa minggu mendatang, terutama menjelang pertemuan FOMC berikutnya pada 7 November dan 18 Desember 2024.

Keputusan-keputusan dari pertemuan tersebut akan sangat memengaruhi arah kebijakan moneter The Fed, yang pada gilirannya akan berdampak pada pergerakan harga emas.

Peluang di Tengah Ketidakpastian

Harga emas yang mencapai rekor tertinggi menandakan bahwa logam mulia ini tetap menjadi pilihan utama bagi investor di tengah ketidakpastian global. Pemangkasan suku bunga The Fed yang lebih besar dari ekspektasi telah memberikan dorongan signifikan bagi emas, dan potensi pemangkasan lebih lanjut di masa depan mungkin akan terus mendukung kenaikan harga emas.

Namun, investor juga perlu memperhatikan potensi fluktuasi harga emas dalam jangka pendek, terutama jika data ekonomi baru atau perubahan kebijakan moneter The Fed memberikan kejutan.

Bagi yang mengikuti perkembangan harga emas, ini adalah momen yang penting untuk mencermati pergerakan pasar dan memanfaatkan peluang investasi di aset safe haven ini.

Nanovest News v3.18.0