Harga Emas Naik di Tengah Pelemahan Dolar dan Ketidakpastian Tarif Trump

Emas menguat 1,8% ke $2.901 karena ketidakpastian kebijakan tarif Trump dan pelemahan dolar. Investor waspada menanti langkah The Fed berikutnya.

article author image

KikiMar 4, 2025

article cover image

Harga emas kembali menguat lebih dari 1% pada Senin (3/3/2025) setelah sempat menyentuh level terendah dalam tiga minggu sebelumnya. Penguatan ini didorong oleh pelemahan dolar AS dan meningkatnya permintaan aset safe-haven, menyusul ketidakpastian kebijakan tarif Presiden Donald Trump terhadap sejumlah negara mitra dagang.

Harga emas spot naik 1,1% menjadi $2.890,57 per ounce, sementara emas berjangka AS melonjak 1,8% ke $2.901,1 per ounce. Dengan kondisi pasar yang semakin volatil, banyak analis memperkirakan bahwa harga emas bisa menembus $3.000 dalam waktu dekat.

Tarif Trump & Dampaknya ke Pasar Emas

Investor global kini tengah mencermati keputusan Trump yang dijadwalkan pada Senin terkait besaran tarif impor yang akan diterapkan terhadap Kanada dan Meksiko. Sebelumnya, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif tambahan 10% terhadap China, yang akan mulai berlaku pada Selasa (4/3/2025), sehingga total tarif menjadi 20% untuk impor dari Negeri Tirai Bambu.

Langkah ini memicu ketidakpastian di pasar keuangan, mendorong investor untuk mengalihkan modal ke aset safe-haven seperti emas. Daniel Pavilonis, analis senior di RJO Futures, menyatakan bahwa permintaan emas masih sangat kuat di tengah potensi aksi balasan dari negara-negara yang terkena dampak tarif Trump.

"Saya pikir kita masih berada dalam pasar yang sangat bullish, dan emas bisa jauh lebih tinggi dari $3.000... dengan adanya tarif dan kemungkinan retaliasi, saya yakin bank sentral masih terus membeli," ujar Pavilonis.

Dolar Melemah, Emas Makin Atraktif

Selain faktor tarif perdagangan, pelemahan dolar AS juga menjadi katalis utama kenaikan harga emas. Indeks dolar turun lebih dari 1%, menjauh dari level tertinggi dalam lebih dari dua minggu terakhir. Dolar yang lebih lemah membuat emas yang dihargakan dalam mata uang AS menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan logam mulia ini.

Namun, meskipun emas sering dianggap sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan geopolitik, kenaikannya tetap dipengaruhi oleh kebijakan moneter AS. Investor kini tengah menanti laporan ketenagakerjaan ADP pada Rabu (5/3/2025) dan laporan non-farm payrolls AS pada Jumat (7/3/2025) untuk mencari petunjuk lebih lanjut terkait arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Jika data ekonomi AS menunjukkan tanda-tanda pelemahan, The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga rendah, yang bisa menjadi faktor pendukung lebih lanjut bagi harga emas. Namun, jika angka tenaga kerja lebih kuat dari perkiraan, investor bisa kembali beralih ke aset berbunga seperti obligasi, yang dapat membatasi reli emas.

Pasar Logam Lain Ikut Menguat

Tak hanya emas, logam mulia lainnya juga mengalami lonjakan harga.

  • Perak naik 2% menjadi $31,77 per ounce**, dengan analis dari UBS menyatakan bahwa logam ini berpotensi mencatat kenaikan lebih besar seiring dengan pemulihan produksi industri global.

  • Platinum naik 0,9% ke $956,50 per ounce**, sementara palladium melonjak 2% ke $937,10 per ounce.

UBS dalam catatannya menegaskan bahwa perak memiliki ruang lebih besar untuk reli di tengah konsolidasi harga emas dan pemulihan sektor manufaktur global yang mulai menunjukkan tanda-tanda perbaikan.

Apakah Emas Akan Tembus $3.000?

Dengan kombinasi tarif perdagangan Trump, pelemahan dolar, dan ketidakpastian kebijakan The Fed, prospek emas terlihat semakin bullish. Para analis memperkirakan bahwa harga emas bisa menembus $3.000 dalam waktu dekat, terutama jika ketegangan perdagangan meningkat dan bank sentral terus menumpuk cadangan emas sebagai lindung nilai.

Namun, investor tetap perlu mencermati perkembangan kebijakan moneter AS, karena kenaikan suku bunga bisa menjadi faktor yang menahan laju kenaikan harga emas.

Satu hal yang pasti ketidakpastian global masih tinggi, dan emas kembali menjadi primadona di tengah badai ekonomi yang sedang terjadi.

Nanovest News v3.23.2