Harga Emas Naik Didukung Harapan Pemotongan Suku Bunga The Fed di Tengah Inflasi Melambat
Emas terus menguat seiring spekulasi pemotongan suku bunga The Fed di tengah inflasi yang melambat. Simak analisis lengkap kondisi pasar di 2024.
Kiki • Aug 16, 2024
Harga emas kembali menguat pada Kamis, menyusul data inflasi AS yang memberikan indikasi kuat bahwa Federal Reserve (The Fed) mungkin akan menurunkan suku bunga pada bulan depan.
Meskipun begitu, ketidakpastian masih menyelimuti seberapa besar pemotongan suku bunga tersebut, sehingga para investor menanti rilis data ekonomi berikutnya dengan penuh harap.
Pada pukul 11:31 GMT, harga spot emas naik 0,5% menjadi $2.460,38 per ounce, mendekati rekor tertinggi bulan lalu sebesar $2.483,60. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS mengalami kenaikan lebih besar, naik 0,7% menjadi $2.497,70.
Ketidakpastian Pemotongan Suku Bunga
Meskipun pasar telah sepenuhnya mengantisipasi kemungkinan pemotongan suku bunga AS pada bulan September, pertanyaan yang tersisa adalah apakah The Fed akan melakukan pemotongan sebesar 25 basis poin atau lebih agresif dengan 50 basis poin.
Menurut Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank, emas terus menghadapi resistensi di kisaran $2.475 hingga $2.480 karena para trader mempertimbangkan kapan siklus pemotongan suku bunga akan dimulai sebelum menambah eksposur mereka terhadap logam mulia ini.
Data inflasi AS yang dirilis pada Rabu menunjukkan kenaikan harga konsumen yang moderat pada bulan Juli, dengan inflasi tahunan melambat di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir tiga setengah tahun.
Kondisi ini membuka peluang lebih besar bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada pertemuan mendatang.
Presiden Fed Atlanta, Raphael Bostic, juga menegaskan dalam sebuah wawancara dengan Financial Times bahwa ia terbuka untuk pemotongan suku bunga pada September, menambahkan bahwa The Fed tidak bisa "terlambat" dalam melonggarkan kebijakan moneter.
Dalam konteks ini, lingkungan suku bunga rendah biasanya meningkatkan daya tarik emas, yang tidak memberikan hasil imbalan seperti instrumen keuangan lainnya.
Fokus pada Data Ekonomi Mendatang
Kini, perhatian pasar tertuju pada data penjualan ritel dan klaim pengangguran awal AS yang akan dirilis dalam waktu dekat. Menurut analis dari StoneX, Rhona O'Connell, jika pasar tenaga kerja melemah, hal ini akan memberikan dukungan tambahan bagi harga emas.
Sebaliknya, jika pasar tenaga kerja tetap kuat, emas mungkin akan menghadapi tekanan.
Selain emas, logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan menarik. Harga perak spot naik 2% menjadi $28,15 per ounce, didukung oleh kenaikan harga tembaga di tengah kekhawatiran akan gangguan pasokan dari aksi mogok di tambang terbesar dunia di Chili.
Hansen menambahkan bahwa perak mulai mendapatkan momentum, mengurangi jarak dengan emas, berkat kenaikan harga tembaga tersebut.
Sementara itu, platinum mengalami kenaikan signifikan sebesar 2,1% menjadi $938,50 per ounce, dan palladium turun tipis 0,1% menjadi $934,25 per ounce.
Kesimpulan: Emas dalam Fokus
Dengan latar belakang yang dipenuhi ketidakpastian ekonomi global, emas terus menjadi pilihan utama bagi para investor yang mencari perlindungan.
Harapan akan pemotongan suku bunga The Fed pada bulan September memperkuat daya tarik logam mulia ini, terutama di tengah inflasi yang mulai melambat.
Namun, semuanya masih bergantung pada data ekonomi yang akan datang, yang bisa menjadi penentu apakah harga emas akan terus melaju menuju rekor baru atau kembali menghadapi tantangan.
Di tengah dinamika pasar yang terus berubah, emas dan logam mulia lainnya terus memainkan peran penting dalam strategi investasi di tahun 2024.