Harga Emas Stabil di $2.620, Pasar Menunggu Sinyal dari The Fed

Harga emas bertahan di level $2.620 per ounce setelah data inflasi AS lebih rendah dari perkiraan. Simak analisis pasar dan potensi dampak kebijakan The Fed terhadap harga emas global

article author image

RendyDec 23, 2024

article cover image

Harga emas dunia kembali menunjukkan stabilitas di level $2.620 per ounce, setelah pekan lalu mencatat kenaikan signifikan sebesar 1,1%.

Pergerakan ini muncul di tengah respons pasar terhadap data inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, berdasarkan indeks pengeluaran konsumsi pribadi inti (Core PCE), indikator inflasi yang menjadi acuan utama Federal Reserve (The Fed).

Data tersebut memberikan harapan baru bahwa kebijakan pengetatan moneter AS mungkin akan berakhir lebih cepat dari yang diperkirakan.

Data Core PCE bulan November mencatat angka yang lebih lemah dari ekspektasi, menunjukkan tren moderasi dalam tekanan harga. Hal ini menjadi angin segar bagi pelaku pasar yang berharap The Fed dapat mulai menurunkan suku bunga pada 2025.

Kebijakan suku bunga rendah biasanya memberikan dukungan positif bagi emas, mengingat aset ini tidak memberikan imbal hasil tetapi cenderung menguat saat biaya pinjaman menurun.

Saat ini, emas telah mencatat kenaikan tahunan sekitar 27%, didorong oleh pelonggaran moneter AS, lonjakan permintaan aset safe-haven, dan pembelian besar-besaran oleh bank sentral global.

Meski begitu, reli emas sempat mereda setelah pemilihan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS, yang memperkuat dolar AS. Penguatan mata uang ini biasanya menekan harga komoditas berbasis dolar karena membuatnya lebih mahal bagi pembeli internasional.

Pada perdagangan pagi di Singapura, emas spot terpantau berada di level $2.620,19 per ounce, hampir tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya. Pekan lalu, emas sempat terkoreksi 1%, tetapi ditutup dengan sentimen positif setelah data inflasi yang mengecewakan ekspektasi pasar.

Indeks Bloomberg Dollar Spot yang mengukur kekuatan dolar AS juga stagnan setelah mencatat kenaikan mingguan 0,6%. Pergerakan dolar yang kuat ini turut membatasi potensi kenaikan emas. Sementara itu, logam mulia lain seperti platinum mengalami kenaikan, sedangkan perak dan paladium tetap stabil.

Permintaan emas dunia sepanjang 2023 mencatatkan rekor baru. Bank sentral, termasuk Tiongkok dan India, menjadi pemain kunci yang terus menambah cadangan emas mereka untuk memperkuat stabilitas moneter di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Faktor geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina dan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi global, turut menjadi pendorong utama permintaan emas sebagai aset perlindungan nilai (safe-haven). Dalam konteks ini, harga emas yang tinggi merefleksikan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap volatilitas pasar dan risiko resesi.

Dengan inflasi AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelonggaran, fokus investor kini tertuju pada pertemuan The Fed berikutnya. Jika bank sentral AS memberikan sinyal lebih jelas tentang kemungkinan penurunan suku bunga pada 2025, harga emas bisa kembali menguat menuju level tertinggi baru.

Namun, volatilitas tetap menjadi tantangan. Sentimen pasar terhadap dolar AS, hasil kebijakan fiskal global, dan dinamika geopolitik akan terus memengaruhi pergerakan harga logam mulia ini.

Nanovest News v3.23.0