Rekor Baru! Harga Emas Terus Meroket, Mencapai ATH Selama Enam Hari

Emas mencetak rekor tertinggi sepanjang masa selama enam hari berturut-turut. Apa faktor pendorong utama dan bagaimana dampaknya bagi pasar global?

article author image

MohammadSep 27, 2024

article cover image

Pasar emas dunia kembali memanas. Pada perdagangan Kamis (26/9/2024), harga emas mencatat kenaikan 0,5%, mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all time high) di angka US$ 2.670,2 per troy ons.

Screenshot 2024-09-27 142838.png

Kenaikan ini menandai enam hari berturut-turut emas mencetak rekor baru, dengan total penguatan 4,4% dalam periode tersebut. Pada Jumat pagi (27/9/2024), tren kenaikan masih berlanjut, dengan harga menyentuh US$ 2.672,54 per troy ons, menambah daya tarik aset safe haven di tengah ketidakpastian global.

Stimulus China dan Ketegangan Timur Tengah Mendorong Emas Terbang

Salah satu pendorong utama lonjakan harga emas adalah stimulus ekonomi yang diumumkan oleh Bank Sentral China (PBoC). Rencana pemangkasan suku bunga dan janji Politbiro China untuk lebih banyak langkah pemulihan ekonomi menjadi katalis kuat bagi logam mulia ini.

Di sisi lain, ketegangan geopolitik yang meningkat di Timur Tengah juga menambah permintaan emas sebagai aset perlindungan nilai di saat-saat krisis.

Tidak hanya itu, keputusan Federal Reserve AS (The Fed) untuk memangkas suku bunga hingga 50 basis poin turut memperkuat posisi emas.

Penurunan suku bunga ini membuat investasi berbunga seperti obligasi menjadi kurang menarik, sehingga emas dengan statusnya sebagai aset langka menjadi pilihan utama para investor global.

"Secara teknis, emas masih dalam tren kenaikan yang sangat kuat. Namun, sulit untuk memprediksi seberapa jauh harga logam ini akan melambung," kata Fawad Razaqzada, analis pasar dari StoneX kepada FX Street.

Permintaan Tinggi dari China dan Ketahanan di Tengah Kenaikan Dolar

Meski indeks dolar AS dan imbal hasil obligasi AS menunjukkan peningkatan, harga emas tetap tak terbendung. Bank-bank sentral, khususnya di China, terus meningkatkan cadangan logam mulia mereka, sejalan dengan perubahan kebijakan ekonomi di negara tersebut.

Dewan Emas Dunia (World Gold Council) mencatat akumulasi emas oleh investor di China terus tumbuh, memperkuat tren bullish bagi logam ini.

Namun, meski kenaikan harga emas terlihat spektakuler dalam jangka pendek, WGC memperingatkan bahwa dalam jangka panjang, kenaikan mungkin akan lebih terbatas.

"Dalam 10 hingga 20 tahun mendatang, emas mungkin hanya akan naik 2%-3% di atas tingkat inflasi AS," jelas WGC dalam analisisnya.

Harga Emas Tahan Guncangan dari Data Ekonomi AS

Menariknya, harga emas tidak terlalu terpengaruh oleh data ekonomi AS yang masih kuat. Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II-2024 mencapai 3%, melebihi ekspektasi analis yang memprediksi 2,9%.

Selain itu, data ketenagakerjaan AS juga menunjukkan kekuatan yang tak terduga, dengan klaim pengangguran turun menjadi 218.000, lebih rendah dari perkiraan pasar.

Imaru Casanova, manajer portofolio di VanEck, mengakui bahwa meski emas dan saham tambang terkait mengalami volatilitas, mereka berhasil bangkit kembali setelah kekhawatiran pasar mereda.

"Bulan Agustus adalah periode yang penuh gejolak, tetapi emas dan ekuitasnya mampu menunjukkan ketahanan luar biasa," tambahnya, seperti yang dikutip dari Kitco News.

Dengan rekor baru yang terus dicetak setiap hari, emas memperlihatkan kekuatannya sebagai aset pelindung nilai di masa krisis. Meski ada beberapa peringatan tentang potensi jenuh beli (overbought), tren bullish emas sepertinya belum akan berhenti dalam waktu dekat.

Nanovest News v3.21.0