Saham Defensif
Saham Defensif
Kiki • Jul 1, 2024
Apa itu Saham Defensif?
Saham defensif adalah saham-saham dari perusahaan yang cenderung memberikan dividen yang konsisten dan pendapatan yang stabil. Mereka cenderung lebih tahan terhadap fluktuasi pasar saham secara keseluruhan karena bisnis yang mendasarinya umumnya beroperasi dalam industri yang stabil. Investasi dalam saham defensif dapat menjadi strategi untuk mengurangi risiko dalam portofolio investasi. Ada permintaan konstan untuk produk mereka, jadi stok defensif cenderung lebih stabil selama berbagai fase siklus bisnis. Stok pertahanan jangan disamakan dengan stok pertahanan, yaitu stok perusahaan yang memproduksi barang-barang seperti senjata, amunisi, dan jet tempur.
Memahami Saham Defensif
Investor yang berusaha melindungi portofolio mereka selama ekonomi melemah atau periode volatilitas tinggi dapat meningkatkan eksposur mereka terhadap saham defensif. Perusahaan mapan, seperti Procter & Gamble (PG), Johnson & Johnson (JNJ), Philip Morris International (PM), dan Coca-Cola (KO), dianggap sebagai saham defensif. Selain arus kas yang kuat, perusahaan-perusahaan ini memiliki operasi yang stabil dengan kemampuan menghadapi kondisi ekonomi yang melemah. Saham defensif juga lebih kecil kemungkinannya menghadapi kebangkrutan karena kekuatan relatifnya selama penurunan. Di masa-masa sulit atau jika keadaan menjadi goyah, mengapa ada orang yang ingin memiliki saham? Jawabannya cukup sederhana, ketakutan dan keserakahan seringkali dapat menggerakkan pasar. Saham defensif mengakomodasi keserakahan dengan menawarkan hasil dividen yang lebih tinggi daripada yang dapat dilakukan di lingkungan dengan suku bunga rendah. Mereka juga menghilangkan rasa takut karena tidak berisiko seperti saham biasa, dan biasanya dibutuhkan bencana yang signifikan untuk menggagalkan model bisnis mereka. Investor juga perlu menyadari bahwa sebagian besar manajer investasi tidak punya pilihan selain memiliki saham. Jika mereka berpikir waktu akan lebih sulit dari biasanya, mereka akan beralih ke saham defensif. Saham defensif cenderung berkinerja lebih baik daripada pasar yang lebih luas selama resesi ekonomi. Hal ini karena saham-saham defensif berasal dari industri-industri yang menawarkan barang dan layanan yang dibutuhkan sehari-hari dan memiliki permintaan yang relatif stabil bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit. Orang masih akan membeli produk seperti makanan, obat-obatan, dan utilitas dasar bahkan ketika ekonomi sedang melemah. Investasi dalam saham defensif dapat memberikan perlindungan relatif terhadap penurunan besar dalam nilai portofolio selama resesi. Ini adalah salah satu alasan mengapa banyak investor memasukkan saham-saham defensif ke dalam portofolio mereka untuk mengurangi risiko.
Keuntungan Saham Defensif
Saham defensif menawarkan keuntungan substansial dari keuntungan jangka panjang yang serupa dengan risiko yang lebih rendah daripada saham lainnya. Saham defensif sering kali memiliki rasio Sharpe yang lebih tinggi daripada pasar saham secara keseluruhan. Rasio Sharpe adalah ukuran yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja investasi dengan mempertimbangkan risiko yang terkait dengan investasi tersebut. Rasio ini membandingkan tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh investasi dengan risiko yang diambil untuk mencapainya. Karena saham defensif cenderung memiliki pendapatan yang stabil dan kurang rentan terhadap fluktuasi pasar, risiko investasi dalam saham-saham ini cenderung lebih rendah. Dengan risiko yang lebih rendah dan pengembalian yang relatif stabil, rasio Sharpe saham defensif sering kali lebih tinggi dibandingkan dengan pasar saham secara keseluruhan. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil masa lalu tidak selalu menjadi indikasi hasil di masa depan, dan investor perlu melakukan analisis menyeluruh sebelum membuat keputusan investasi. Itu adalah argumen yang kuat bahwa saham defensif adalah investasi yang secara objektif lebih baik daripada saham lainnya. Warren Buffett adalah salah satu investor terbesar sepanjang masa, dan salah satu dari banyak strategi suksesnya adalah berfokus pada saham defensif. Ia sering menghindari perusahaan yang terlalu spekulatif atau memiliki risiko yang tinggi, dan lebih suka berinvestasi dalam bisnis yang memiliki fundamental yang kuat dan pendapatan yang stabil. Pendekatan ini memungkinkan dia untuk membatasi risiko dan menghasilkan hasil investasi yang kuat dalam jangka panjang. Buffett juga dikenal dengan ungkapan "aturan pertama adalah jangan pernah kehilangan uang, dan aturan kedua adalah jangan pernah melupakan aturan pertama." Pendekatan ini mencerminkan pentingnya membatasi kerugian dan mengutamakan perlindungan modal. Memilih saham defensif sebagai bagian dari strategi investasi adalah salah satu cara untuk menghindari risiko berlebihan dan mempertahankan portofolio yang stabil. Namun, seperti halnya dengan semua investasi, analisis yang cermat dan pemahaman mendalam tentang perusahaan yang kamu investasikan tetap diperlukan.
Kerugian dari Saham Defensif
Saham defensif umumnya dianggap memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan dengan saham-saham lainnya. Namun, seperti semua investasi, mereka juga memiliki potensi kerugian. Beberapa kerugian yang mungkin terkait dengan saham defensif meliputi:
- Pertumbuhan yang Lambat
- Risiko Bunga
- Keterbatasan Potensi Keuntungan
- Sentimen Pasar
- Dividen Tidak Tetap
- Perubahan Industri
Dalam investasi, penting untuk memahami bahwa tidak ada investasi yang sepenuhnya bebas risiko, dan setiap jenis saham, termasuk saham defensif, memiliki risiko tersendiri. Oleh karena itu, diversifikasi portofolio dan penelitian yang baik adalah kunci untuk mengelola risiko dan mencapai tujuan keuangan.
Contoh Saham Defensif
Saham defensif juga dikenal sebagai saham non-siklik karena tidak terlalu berkorelasi dengan siklus bisnis. Berikut adalah beberapa contoh saham defensif yang sering diidentifikasi dalam berbagai industri:
- Perusahaan Utilitas: Perusahaan utilitas seperti NextEra Energy, Dominion Energy, dan Duke Energy adalah contoh saham defensif. Mereka menyediakan layanan yang diperlukan oleh masyarakat, seperti listrik dan gas, yang membuat pendapatan mereka relatif stabil.
- Perusahaan Farmasi: Perusahaan farmasi besar seperti Johnson & Johnson, Pfizer, dan Novartis sering dianggap saham defensif. Produk-produk kesehatan mereka memiliki permintaan yang terus-menerus, bahkan dalam kondisi ekonomi yang sulit.
- Perusahaan Konsumen Barang Harian: Perusahaan yang menghasilkan produk konsumen sehari-hari seperti Procter & Gamble, Colgate-Palmolive, dan The Coca-Cola Company umumnya dianggap defensif karena produk mereka selalu diminati.
- Perusahaan Telekomunikasi: Perusahaan telekomunikasi seperti AT&T dan Verizon Communications sering dianggap defensif karena pendapatan mereka stabil berkat layanan komunikasi yang sangat dibutuhkan.
- Perusahaan Makanan dan Minuman: Perusahaan yang bergerak dalam produksi makanan dan minuman seperti The Kraft Heinz Company dan PepsiCo juga termasuk dalam kategori saham defensif. Konsumen terus membeli makanan dan minuman, bahkan selama resesi.
- Perusahaan Retail Berbasis Kebutuhan Dasar: Beberapa perusahaan ritel yang fokus pada produk kebutuhan dasar, seperti Walmart, Target, dan Costco, dianggap saham defensif karena mereka menawarkan barang-barang yang orang terus beli, terlepas dari situasi ekonomi.
- Perusahaan Real Estat Investasi (REIT): REIT yang berfokus pada properti komersial seperti real estat ritel, apartemen, atau properti kantor dapat dianggap saham defensif karena mereka menghasilkan pendapatan sewa yang stabil.
Harap diingat bahwa tidak semua saham dalam industri-industri ini selalu defensif. Sifat defensif sebuah saham juga bisa berubah seiring waktu, tergantung pada kondisi ekonomi dan perusahaan itu sendiri. Sebelum berinvestasi dalam saham apa pun, penting untuk melakukan penelitian yang cermat dan mempertimbangkan tujuan investasi.