Nvidia Cetak Rekor Pendapatan, tapi Tantangan Besar Menanti
Nvidia melampaui ekspektasi kuartal keempat dengan pendapatan tinggi, didorong chip Blackwell. Namun, tantangan regulasi dan persaingan chip AI kustom tetap mengintai.

Muhammad • Feb 27, 2025

Nvidia (NVDA) melaporkan pendapatan kuartal keempatnya setelah penutupan pasar pada hari Rabu, melampaui ekspektasi analis baik dari segi pendapatan maupun laba, serta memberikan proyeksi Q1 yang solid. Saham Nvidia sempat naik hingga 2% setelah pengumuman ini, tetapi mendekati pukul 18:00 ET, kenaikannya hanya sekitar 0,7%.
Laporan keuangan Nvidia dirilis di tengah ancaman tarif 25% pada chip yang diimpor ke AS serta potensi peningkatan kontrol ekspor ke China. Perusahaan AI ini juga menghadapi dampak dari klaim bahwa startup China, DeepSeek, berhasil mengembangkan model AI menggunakan chip Nvidia yang kurang bertenaga dibandingkan pesaing AS, memunculkan pertanyaan apakah perusahaan Big Tech terlalu banyak berinvestasi dalam AI.
Untuk kuartal ini, Nvidia melaporkan laba per saham (EPS) sebesar $0,89 dengan pendapatan $39,3 miliar. Sementara itu, analis memperkirakan EPS sebesar $0,84 dengan pendapatan $38,2 miliar. Nvidia juga memberikan proyeksi pendapatan Q1 sebesar $43 miliar dengan margin kesalahan plus atau minus 2%, lebih tinggi dari perkiraan analis sebesar $42,3 miliar.
Pendapatan dari pusat data tercatat sebesar $35,6 miliar, melampaui ekspektasi sebesar $34 miliar.
Blackwell AI dan Tantangan di Pasar
"Kami berhasil meningkatkan produksi massal superkomputer AI Blackwell dalam skala besar, mencapai penjualan miliaran dolar di kuartal pertamanya," ujar CEO Jensen Huang dalam pernyataannya. "AI berkembang dengan kecepatan luar biasa, dengan AI agentic dan AI fisik yang membuka jalan bagi gelombang AI berikutnya untuk merevolusi industri terbesar.”
Menurut CFO Nvidia, Colette Kress, penyedia layanan cloud menyumbang 50% dari total pendapatan pusat data Nvidia pada kuartal ini, angka yang mirip dengan kuartal sebelumnya. Lini chip Blackwell milik Nvidia memberikan kontribusi miliaran dolar pada kuartal ini, kata Kress.
"Kami mencatat pendapatan sebesar $11 miliar dari arsitektur Blackwell pada kuartal keempat tahun fiskal 2025, menjadikannya peluncuran produk tercepat dalam sejarah perusahaan kami."
Namun, pendapatan Nvidia dari sektor gaming turun 11% dibandingkan tahun sebelumnya akibat kendala pasokan pada chip gaming terbaru mereka.
Huang juga menyinggung kekhawatiran bahwa model AI DeepSeek, yang dikembangkan menggunakan chip Nvidia berdaya lebih rendah tetapi tetap bisa menyaingi model AI buatan AS, dapat berdampak pada penjualan Nvidia.
"Permintaan untuk Blackwell sangat luar biasa, karena reasoning AI menambah hukum skala baru, meningkatkan komputasi untuk pelatihan membuat model lebih pintar, dan meningkatkan komputasi untuk pemrosesan yang lebih lama menghasilkan jawaban yang lebih cerdas," katanya.
Persaingan dan Ancaman Regulasi
Nvidia masih menjadi pemimpin di pasar chip AI dan tampaknya belum akan kehilangan posisi tersebut dalam waktu dekat. Chip-chipnya menjadi incaran di Silicon Valley dan di luar itu, sementara pesaingnya masih jauh dari menyaingi keunggulan kinerjanya.
Perusahaan-perusahaan Big Tech seperti Amazon (AMZN), Google (GOOG, GOOGL), Meta (META), dan Microsoft (MSFT) menghabiskan miliaran dolar untuk membangun pusat data AI mereka, dan sebagian besar dari dana itu mengalir ke Nvidia.
Namun, saham perusahaan-perusahaan tersebut justru mengalami penurunan di awal tahun 2025.Induk Google, Alphabet, turun lebih dari 8% sejak awal tahun, Amazon turun 2,5%, Microsoft turun 5,3%, dan Apple (AAPL) turun lebih dari 4%. Meta menjadi pengecualian, dengan sahamnya naik lebih dari 14%.
Nvidia juga menghadapi ancaman dari kebijakan Presiden Trump yang berencana memberlakukan tarif 25% pada chip yang diimpor ke AS, yang dapat memaksa Nvidia untuk menaikkan harga atau menanggung sebagian biaya tarif tersebut, sehingga mengurangi margin keuntungan. Nvidia bekerja sama dengan TSMC dalam produksi chipnya, yang sebagian besar dibuat di Taiwan.
Selain itu, Trump juga mengancam akan memberlakukan lebih banyak pembatasan ekspor pada chip Nvidia yang dikirim ke China, yang berpotensi mengurangi pendapatan perusahaan dari wilayah tersebut.
Wall Street juga mencermati dampak dari Amazon, Google, Microsoft, dan Meta yang mengembangkan chip AI mereka sendiri dibandingkan menggunakan produk Nvidia. Jika chip buatan mereka bisa menyamai performa Nvidia, maka ketergantungan terhadap Nvidia bisa berkurang.
Namun, analis Morgan Stanley Research, Joseph Moore, memperingatkan agar tidak bereaksi berlebihan terhadap potensi chip AI kustom ini, yang dikenal sebagai ASIC (Application Specific Integrated Circuit).
"Dengan mengamati 20 sampai 25 alternatif Nvidia selama bertahun-tahun, sebagian besar gagal mendapatkan daya tarik di pasar. Awalnya ada antusiasme karena harga dan potensi kinerja, tetapi setelah uji coba awal, banyak yang akhirnya kembali ke Nvidia, yang memiliki ekosistem paling matang. Alternatif tersebut akhirnya ditinggalkan, dan dalam beberapa kasus tidak pernah digunakan lagi," tulis Moore.
Meski demikian, chip buatan Google dan Amazon sejauh ini menjadi pengecualian dari tren tersebut. Namun, Moore menegaskan bahwa Nvidia tetap terus memperkuat posisinya di industri AI.