Saham Starbucks Melonjak 25% Setelah CEO Baru Diumumkan
Setelah pengumuman bahwa Brian Niccol akan menjadi CEO baru, saham Starbucks melonjak sebesar 25% dengan potensi pertumbuhan besar.
M • Aug 15, 2024
Saham Starbucks (SBUX) mengalami lonjakan tajam hampir 25% dalam satu hari setelah berita bahwa Brian Niccol, CEO Chipotle yang dikenal akan kepemimpinannya yang cemerlang, akan mengambil alih sebagai CEO Starbucks pada bulan September mendatang.
Meskipun kenaikan harga saham ini sudah cukup baik, para analis percaya bahwa ada potensi besar bagi Starbucks untuk terus naik melalui keputusan strategis dalam perekrutan CEO baru, valuasi saham yang wajar, dan dividen yang terus berkembang.
Sosok Pemimpin Baru Starbuck
Brian Niccol bukanlah nama asing di industri restoran. Sebelum sukses memimpin Chipotle, Niccol telah membuktikan kemampuannya di Taco Bell di bawah Yum! Brands. Di Chipotle, dia berhasil membalikkan situasi saat perusahaan itu menghadapi masalah besar terkait keamanan makanan, dan sejak mengambil alih pada tahun 2018, saham Chipotle telah meningkat lebih dari 770%.
Dalam situasi di mana banyak restoran berjuang menghadapi inflasi dan penurunan pengeluaran konsumen, Chipotle justru berhasil meningkatkan penjualan dan jumlah pengunjung.
Dengan rekam jejak tersebut, Niccol dipandang sebagai sosok yang ideal untuk memimpin Starbucks keluar dari bayang-bayang tantangan yang dihadapi perusahaan selama beberapa tahun terakhir.
Sebelumnya, Starbucks mengalami pergantian CEO beberapa kali sejak 2022, dengan banyak dari mereka berada di bawah bayang-bayang pendiri dan mantan CEO Howard Schultz. Namun, kepribadian dan reputasi Niccol yang kuat kemungkinan besar akan membantunya menavigasi tantangan ini dengan percaya diri, terutama dengan dukungan penuh dari Schultz sendiri.
Meskipun saat ini Starbuck mengalami kenaikan harga saham yang signifikan, saham Starbucks masih berada 11,6% di bawah level tertingginya dalam 52 minggu.
Saat ini, saham diperdagangkan pada 26,9 kali perkiraan pendapatan tahun 2024, hanya sedikit di atas rata-rata valuasi S&P 500. Jika melihat lebih jauh ke depan, saham ini tampak lebih murah dengan rasio harga terhadap pendapatan sebesar 24,1 kali untuk tahun 2025.
Bagi investor yang mencari saham blue chip dengan potensi pertumbuhan jangka panjang, valuasi ini bisa dianggap cukup menarik. Selain itu, Starbucks menawarkan dividen yang cukup menarik dengan yield sebesar 2,4%, dua kali lipat dari yield S&P 500.
Perusahaan ini juga memiliki sejarah yang kuat dalam pertumbuhan dividen, dengan kenaikan payout setiap tahun selama 13 tahun berturut-turut.
Meski begitu, prospek kedepannya tidak akan sepenuhnya mulus bagi Niccol. Starbucks masih menghadapi tantangan seperti penurunan lalu lintas pelanggan dan penurunan penjualan, sebagian besar akibat tekanan inflasi dan gerakan boikot.
Niccol akan ditantang untuk menemukan cara baru untuk menghidupkan kembali pengalaman di dalam kafe sambil tetap mempertahankan keunggulan operasional yang telah terbukti di perusahaan-perusahaan sebelumnya.
Meskipun tantangan ini signifikan, rekam jejaknya dalam mengubah perusahaan-perusahaan besar memberikan keyakinan kepada para investor bahwa Starbucks berada di tangan yang tepat.