AI Jadi Senjata Utama Google Lawan Gugatan Monopoli dari DOJ

Google gunakan teknologi AI sebagai tameng menghadapi tuntutan antitrust dari DOJ, mengklaim bahwa pencarian berbasis AI membuktikan adanya kompetisi pasar yang lebih luas.

article author image

MohammadOct 14, 2024

article cover image

Google kini menghadapi ancaman besar dalam bentuk gugatan antitrust dari Departemen Kehakiman AS (DOJ) yang mengusulkan kemungkinan pemecahan perusahaan raksasa teknologi ini.

Namun, Google tidak tinggal diam. Mereka menghadirkan senjata baru: kecerdasan buatan (AI). Melalui blog resmi yang dirilis pada Rabu, Google membantah tuntutan DOJ dengan mengklaim bahwa perkembangan teknologi AI dan evolusi pencarian online membuktikan bahwa pasar ini jauh lebih kompetitif dari yang diklaim pemerintah.

AI Sebagai Senjata Utama Google

Di tengah kekhawatiran DOJ bahwa Google telah menguasai pasar mesin pencari, Google berpendapat bahwa munculnya berbagai teknologi baru, seperti pencarian berbasis AI, telah menciptakan kompetisi yang lebih dinamis.

Lee-Anne Mulholland, Wakil Presiden Urusan Regulasi Google, menulis bahwa langkah pemerintah berpotensi merugikan konsumen dan melemahkan daya saing Amerika Serikat.

“Teknologi seperti AI telah mengubah cara orang mencari informasi. Kompetisi baru terus bermunculan, sementara pasar pencarian kini lebih beragam dan kompetitif dibandingkan sebelumnya,” ujar Mulholland dalam blog tersebut.

Menurut analis Dan Ives dari Wedbush, meski teknologi AI bisa dianggap sebagai ancaman bagi dominasi Google di pasar pencarian, AI juga memberikan alasan kuat untuk membantah tuduhan monopoli. "Ini adalah argumen yang menguntungkan bagi Google," jelasnya.

Namun, DOJ melihat hal ini dari sudut pandang berbeda. Mereka menilai bahwa dominasi Google dalam pencarian online bisa merambah ke AI Enhanced Search, dan inilah alasan utama mereka melakukan intervensi.

Risiko dan Tantangan dalam Transisi AI

Transisi menuju pencarian berbasis AI bukan tanpa risiko bagi Google. Analis dari DA Davidson, Gil Luria, menekankan bahwa perubahan ini mengubah model monetisasi yang sudah diandalkan Google selama dua dekade terakhir.

Google mungkin akan kesulitan memonetisasi iklan dalam pencarian berbasis AI karena tidak bisa lagi menampilkan iklan dan tautan sponsor di setiap hasil pencarian, seperti yang dilakukan saat ini.

“Kita belum tahu secara pasti bagaimana Google akan memonetisasi pencarian berbasis AI, tapi mereka bisa mengambil pendekatan baru seperti menempatkan produk di dalam jawaban AI,” kata Charlie Miner, analis dari Third Bridge.

Namun, para analis juga mengingatkan bahwa meskipun AI menjadi pertahanan Google terhadap tuduhan monopoli, investasi besar-besaran mereka dalam teknologi ini telah menarik perhatian regulator.

Federal Trade Commission (FTC) telah meluncurkan penyelidikan terhadap investasi Google di startup AI seperti Anthropic, termasuk kolaborasi strategis yang dilakukan perusahaan besar lainnya seperti Microsoft dan Amazon di bidang AI.

Persaingan AI yang Ketat dan Pengawasan Regulasi

Regulator khawatir bahwa Google dan perusahaan besar lainnya seperti Microsoft dan Amazon, yang mendominasi pasar cloud dan AI, bisa menggunakan kekuatan mereka untuk mengekang persaingan.

FTC menyelidiki kesepakatan bernilai miliaran dolar yang melibatkan Google dan perusahaan-perusahaan AI, termasuk bagaimana kemitraan ini bisa mempengaruhi pasar AI di masa depan.

Meski AI dianggap sebagai langkah maju bagi Google, itu juga membuka pintu bagi pengawasan yang lebih ketat dari regulator. Sementara Google berupaya mempertahankan posisi dominannya, AI bisa menjadi titik tumpu baru untuk melindungi dominasi mereka dalam pasar pencarian, atau justru menambah tekanan dari regulator.

Nanovest News v3.19.0