Saham Intel Anjlok 3,3%, Mengapa?

Saham Intel Anlok 3% Intel diduga karena laporan menunjukkan keraguan atas pendanaan $19,5 miliar dari CHIPS Act serta kegagalan proyek fabrikasi chip dengan Broadcom.

article author image

MohammadSep 5, 2024

article cover image

Saham Intel (NASDAQ: INTC) kembali terpuruk pada hari Rabu, dengan penurunan sebesar 3,3% di sesi perdagangan. Tekanan terbaru ini dipicu oleh dua laporan yang mencuat di tengah ketidakpastian terkait masa depan perusahaan, terutama menyangkut potensi pendanaan besar dari pemerintah AS dan kegagalan proyek fabrikasi chip untuk Broadcom.

Intel telah menjadi pusat perhatian dalam strategi AS untuk meningkatkan kapasitas produksi semikonduktor domestik.

Melalui Undang-Undang CHIPS dan Sains, Intel sebelumnya diharapkan menerima bantuan sebesar $8,5 miliar dalam bentuk pendanaan langsung dan tambahan $11 miliar dalam bentuk pinjaman. Dengan total $19,5 miliar, Intel akan menjadi penerima manfaat terbesar dari program ini.

Namun, laporan dari Bloomberg yang diterbitkan pada hari Rabu mengindikasikan adanya keraguan apakah Intel benar-benar akan menerima seluruh jumlah tersebut.

Keuangan perusahaan saat ini berada di bawah tekanan besar, dengan berbagai spekulasi mengenai restrukturisasi, termasuk kemungkinan memisahkan bisnis fabrikasi chip atau menjual unit Altera yang berfokus pada chip yang dapat diprogram.

Ketidakpastian ini memicu kekhawatiran investor bahwa dukungan sektor publik untuk Intel bisa melemah, yang bisa berdampak besar pada rencana jangka panjang perusahaan.

Kegagalan Proyek Chip Broadcom Memperparah Tekanan

Tak hanya soal pendanaan, laporan dari Reuters menambah sentimen negatif. Laporan tersebut mengungkap bahwa Intel gagal memenuhi target produksi chip untuk Broadcom. Pengujian terbaru menunjukkan bahwa proses fabrikasi chip Intel, khususnya untuk teknologi 18A yang sangat canggih, tidak memberikan hasil yang memadai.

Akibatnya, Broadcom dilaporkan enggan melanjutkan produksi volume besar menggunakan teknologi ini, karena masalah pada tingkat yield yang dianggap belum stabil.

Peristiwa ini menjadi pukulan berat bagi Intel, yang selama beberapa tahun terakhir berusaha keras untuk menantang dominasi Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. (TSMC) di ruang fabrikasi chip. Fabrikasi untuk pelanggan pihak ketiga telah menjadi salah satu pilar strategi pertumbuhan jangka panjang Intel, namun laporan ini menunjukkan bahwa mereka masih tertinggal jauh di belakang TSMC dalam hal reliabilitas dan efisiensi produksi.

Meski masalah ini bukanlah kejutan besar karena Intel baru memasuki tahap awal dalam meningkatkan skala bisnis fabrikasinya, tetapi lompatan besar yang diharapkan di sektor ini masih tampak sulit terwujud dalam waktu dekat. Dengan tekanan dari Broadcom dan keraguan tentang kemampuan Intel untuk bersaing di pasar fabrikasi chip berteknologi tinggi, investor semakin khawatir.

Posisi Intel di pasar semikonduktor global menjadi semakin kompleks. Sementara Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya terus menekankan pentingnya produksi chip domestik untuk alasan ekonomi dan keamanan nasional, Intel menghadapi tantangan besar untuk mengejar ketertinggalan dari pesaing seperti TSMC.

Ketidakpastian seputar pendanaan CHIPS Act menambah beban, terutama saat perusahaan berupaya memperkuat divisi fabrikasi mereka untuk menghadapi tantangan global.

Jika masalah ini tidak segera diatasi, Intel mungkin harus melakukan perubahan besar pada strategi mereka. Restrukturisasi atau bahkan penjualan aset penting bisa menjadi opsi yang dipertimbangkan untuk menjaga stabilitas finansial dan operasional.

Nanovest News v3.18.0