Regulasi Ketat Hambat Stablecoin di Kanada, Daya Saing Dipertaruhkan

Regulasi ketat hambat adopsi stablecoin di Kanada, picu kekhawatiran industri kripto soal daya saing dan masa depan dolar Kanada dalam ekonomi digital.

article author image

MuhammadMay 16, 2025

article cover image

Lambatnya adopsi stablecoin di Kanada menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri kripto lokal bahwa negara tersebut mulai tertinggal dibandingkan yurisdiksi lain.

Setelah runtuhnya FTX yang mengguncang pasar kripto pada tahun 2022, para regulator di seluruh dunia mulai meninjau kembali pendekatan mereka terhadap aset digital. Di Kanada, Canadian Securities Administrators (CSA) menetapkan bahwa stablecoin tergolong sebagai “sekuritas dan/atau derivatif.”

Langkah ini menyebabkan minimnya penerbit stablecoin lokal karena tingginya beban regulasi. Sementara itu, di Amerika Serikat dan Uni Eropa, regulasi yang lebih lunak justru mendorong pertumbuhan pesat pasar stablecoin. Pengamat menilai hal ini membuat Kanada semakin tidak kompetitif secara global.

Salah satu kekhawatiran utama adalah kurangnya sistem pembayaran peer-to-peer (P2P) yang efektif di Kanada, padahal stablecoin sangat cocok untuk kebutuhan tersebut.

Regulasi yang Ketat Hambat Pertumbuhan Stablecoin dan Ancam Posisi Dolar Kanada

Pada 2022, saat pasar kripto terpukul oleh kehancuran FTX dan sistem stablecoin Terra, Kanada memperketat aturannya. CSA memperluas pengawasan terhadap bursa kripto dan mengklasifikasikan stablecoin sebagai sekuritas atau derivatif. Namun, pendekatan ini dinilai kurang tepat oleh para pelaku industri.

Morva Rohani, direktur pelaksana pendiri Canadian Web3 Council, menyebut bahwa pendekatan CSA yang menilai kasus per kasus dan tanpa kerangka kerja nasional justru menciptakan sistem regulasi yang tidak konsisten.

“Ketergantungan Kanada pada hukum sekuritas untuk mengatur stablecoin pembayaran menciptakan ketidakpastian hukum dan operasional yang signifikan,” ujarnya.

Tanim Rasul, COO dari bursa kripto Kanada NDAX, mengatakan bahwa CSA “salah langkah” dan menyebut regulasi seperti Markets in Crypto-Assets (MiCA) dari Uni Eropa lebih cocok diterapkan.

Bukan hanya UE, Singapura dan UEA juga telah meluncurkan kerangka regulasi untuk stablecoin. Bahkan di AS, para senator optimis bahwa rancangan undang-undang stablecoin bisa disahkan sebelum 26 Mei.

Rohani menyebut bahwa Kanada kini “tidak sejalan dengan yurisdiksi global terdepan [...] yang telah mengadopsi kerangka kerja prudensial yang mengakui stablecoin sebagai instrumen pembayaran.”

Hal ini dikhawatirkan berdampak buruk terhadap posisi dolar Kanada (CAD). Som Seif, pendiri Purpose Financial, menyatakan bahwa jika Kanada tidak mendorong pengembangan stablecoin CAD, maka masyarakat dan bisnis bisa jadi beralih ke stablecoin berbasis USD, yang berisiko menggerus relevansi CAD di pasar global.

Stablecoin Dinilai Efisien untuk P2P, Tapi Masih Terkendala Reputasi

Pelaku industri kripto di Kanada menilai bahwa stablecoin memiliki peran penting, terutama untuk mengatasi minimnya jaringan pembayaran P2P domestik.

CEO Coinbase Kanada, Lucas Matheson, menyatakan bahwa keberadaan stablecoin untuk warga Kanada sangat penting. “Saat ini satu-satunya opsi hanya transfer kawat yang biayanya $45 dan butuh 45 menit hanya untuk mengurus dokumen,” jelasnya.

Rohani menjelaskan bahwa Interac e-Transfer masih menjadi jalur P2P utama di Kanada, tapi sistem ini hanya beroperasi melalui bank dan koperasi kredit, membatasi fleksibilitasnya.

Aplikasi seperti PayPal dan Wise memang tersedia untuk transfer internasional, namun biaya tinggi dan proses yang lambat membuatnya kalah efisien dibanding stablecoin.

Beberapa platform kripto memang menyediakan fitur transfer P2P, namun masih jarang digunakan karena belum terintegrasi dengan sistem keuangan arus utama.

Menurut laporan Digital Payments 2024 dari Payments Canada, permintaan terhadap metode pembayaran digital yang lebih beragam terus meningkat. Namun, laporan tersebut juga menyebut bahwa adopsi stablecoin masih jauh dari kenyataan, dengan 91% warga Kanada belum pernah menggunakannya sebagai alat pembayaran.

Rendahnya minat ini dipicu oleh anggapan bahwa kripto adalah metode pembayaran paling tidak aman jika dibandingkan dengan uang tunai, kartu kredit, cek, transfer kawat, atau PayPal.

Bahkan untuk mata uang digital bank sentral (CBDC), yang dianggap lebih “resmi” daripada stablecoin swasta, minat publik tetap rendah. Sebanyak 85% responden mengatakan mereka tidak melihat diri mereka akan menggunakan dolar digital Kanada dan lebih memilih metode pembayaran saat ini.

Akankah PM Mark Carney Mendukung Kripto?

Jika Kanada ingin menyusun regulasi yang lebih mendukung stablecoin dan mengintegrasikannya dengan sistem pembayaran konvensional, langkah ini membutuhkan dukungan dari pemerintah federal. Saat ini, Partai Liberal baru saja memenangkan pemilu.

Namun, sikap PM Mark Carney terhadap kripto masih jadi tanda tanya. Dalam pidatonya saat menjabat sebagai Gubernur Bank of England, ia menyatakan bahwa kripto telah gagal sebagai bentuk uang. Meski begitu, pada 2021 ia mengakui bahwa stablecoin bisa berperan dalam sistem pembayaran ritel dan grosir asalkan diawasi ketat dan dijamin keamanannya.

“Sudah ada dua krisis sistemik di sektor reksa dana pasar uang dalam satu dekade [...] Dalam sistem pembayaran, satu krisis saja sudah terlalu banyak,” ujarnya saat itu.

Rohani mengatakan, “Dengan Mark Carney memimpin Partai Liberal, kami memperkirakan pendekatan yang pragmatis namun tetap mengedepankan regulasi untuk kripto dan stablecoin.”

Meskipun Carney terbuka terhadap teknologi stablecoin, ia tetap menekankan pentingnya regulasi, pengawasan, dan perlindungan yang kuat.

Jika Partai Liberal tetap berkuasa, besar kemungkinan CSA akan terus memimpin pengawasan, namun bisa saja dibarengi dengan perumusan kebijakan lebih luas termasuk kerangka stablecoin terutama jika posisinya diarahkan sebagai alat modernisasi pembayaran dan untuk menjaga relevansi dolar Kanada.

Nanovest News v4.8.0