Jelang Laporan Q1, Nvidia Dihimpit Tekanan China dan Rebound Global

Nvidia hadapi kerugian $5.5 miliar akibat larangan chip H20 di China. Namun, kesepakatan AI Timur Tengah dan relaksasi ekspor AS dorong optimisme.

article author image

AjengMay 28, 2025

article cover image

Nvidia (NASDAQ: NVDA) dijadwalkan merilis laporan keuangan kuartal pertama fiskal 2026 pada Rabu malam, di tengah kombinasi sentimen geopolitik, pemulihan saham, dan dorongan permintaan dari Timur Tengah.

Ini diperkirakan menjadi salah satu laporan laba paling krusial dalam musim ini, dengan analis dan investor menantikan apakah raksasa chip AI ini mampu mempertahankan momentumnya.

Menurut konsensus Bloomberg, Nvidia diperkirakan mencetak pendapatan $43.3 miliar, melonjak dari $26 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Laba per saham (EPS) disesuaikan diproyeksi naik ke $0.88, dari sebelumnya $0.61—kendati pertumbuhan ini dibayangi penurunan dari rekor sebelumnya.

Middle East Deal dan Relaksasi Ekspor Dorong Harga Saham

Saham Nvidia naik ke $135.50 awal pekan ini, meningkat 1% dari awal tahun dan naik 27% dalam 12 bulan terakhir.

Katalisnya adalah dua hal: pertama, keputusan mendadak pemerintah AS membatalkan aturan ekspor AI versi Biden; kedua, serangkaian pengumuman investasi besar di Timur Tengah selama kunjungan mantan Presiden Donald Trump.

Salah satunya adalah rencana Nvidia memasok ratusan ribu unit GPU ke startup AI bernama Humain, yang didukung oleh dana kekayaan negara Arab Saudi.

Selain itu, diumumkan pula pembangunan Proyek Stargate kedua di UEA, yang akan menggunakan sistem Blackwell dari Nvidia.

Menurut analis Bernstein Stacy Rasgon, langkah ini memberi kepastian baru bagi investor yang sempat khawatir akan keberlanjutan belanja AI global.

“Kita melihat pelanggan besar baru dengan pendanaan dalam yang siap berinvestasi secara strategis,” tulisnya.

China Jadi Titik Tekanan Setelah Larangan Chip H20

Namun, tak semuanya positif. Nvidia harus mencatatkan kerugian $5.5 miliar akibat larangan penjualan chip H20 ke China oleh pemerintahan Trump.

Chip ini sebelumnya dirancang agar sesuai dengan batasan performa yang ditetapkan administrasi Biden.

Larangan tersebut efektif berlaku mulai 7 April, berdampak langsung pada pendapatan kuartal saat ini sebesar $1 miliar, dan diperkirakan menimbulkan kerugian tambahan $5 miliar pada kuartal Juli, menurut Morgan Stanley.

CEO Nvidia, Jensen Huang, secara terbuka mengkritik kebijakan ekspor AS dalam konferensi pers di Computex Taipei, menyebut bahwa larangan-larangan tersebut justru memperkuat posisi produsen chip AI China seperti DeepSeek.

Permintaan Masih Tinggi, Tapi Pasokan Blackwell Terbatas

Meski permintaan untuk chip Blackwell disebut “sangat kuat,” ketersediaannya masih terbatas.

Morgan Stanley menegaskan bahwa hilangnya pendapatan dari H20 tidak bisa diimbangi dengan peningkatan pasokan Blackwell, yang belum sepenuhnya siap memenuhi lonjakan permintaan pasar global.

Analis memperkirakan pendapatan Nvidia dari China naik 150% menjadi $6.2 miliar, sementara pasar domestik AS tetap menjadi tulang punggung, dengan kontribusi sebesar $21.6 miliar.

Sementara itu, pendapatan dari data center diperkirakan menyentuh $39.2 miliar, naik 74% dari tahun sebelumnya.

Kesimpulan

Menjelang laporan keuangan Q1, Nvidia berada di tengah tarik-menarik antara hambatan regulasi dan peluang ekspansi strategis.

Sentimen market akan bergantung pada dua hal: bagaimana perusahaan menavigasi tekanan kebijakan ekspor, dan apakah ekspansi global, khususnya di Timur Tengah, cukup kuat untuk menjaga pertumbuhan dua digit tetap berlanjut.

Nanovest News v4.8.0