Walmart Unggul dari Target di 2025, Strategi Produk dan Harga Jadi Penentu
Walmart mencatat lonjakan penjualan 4,5% sementara Target anjlok 3,8%. Efisiensi harga, komposisi produk, dan dampak tarif jadi faktor pembeda utama.

Ajeng • May 22, 2025

Persaingan ritel besar Amerika kembali menunjukkan jurang kinerja yang semakin lebar.
Walmart (WMT) mencatat kinerja solid di kuartal pertama 2025. Sementara pesaing utamanya, Target (TGT), justru tergelincir dengan penurunan penjualan dan revisi proyeksi keuangan.
Walmart mencatat kenaikan penjualan toko yang sama sebesar 4,5% year-over-year, mengalahkan estimasi market sebesar 3,85%.
Sebaliknya, Target melaporkan penurunan 3,8%, jauh dari ekspektasi kenaikan 1,84%.
Kinerja ini menegaskan dominasi Walmart yang terus menarik konsumen lintas segmen dengan strategi harga murah, khususnya di kategori kebutuhan pokok dan bahan makanan.
Komposisi Produk Jadi Pembeda Utama
Analis TD Cowen, Oliver Chen, menilai perbedaan struktur produk antara keduanya menjadi kunci.
Sekitar 60% penjualan Walmart berasal dari kebutuhan pokok seperti bahan makanan, dengan tambahan 10% dari kesehatan dan 30% dari barang umum.
Komposisi ini dinilai lebih tahan banting di tengah tekanan inflasi dan volatilitas belanja konsumen.
Sementara itu, Target memiliki campuran penjualan yang lebih tersebar: 20% makanan, 10% kecantikan, 15% kebutuhan pokok, serta 20% untuk kategori rumah tangga dan barang keras.
Struktur ini membuat Target kurang fleksibel dalam menjaga volume lalu lintas konsumen saat daya beli sedang menurun.
Dampak Tarif Trump Kembali Mengguncang Rantai Pasok
Kedua peritel kini harus menghadapi dampak kebijakan perdagangan baru di bawah Pemerintahan Trump.
Tarif impor dari China telah direvisi turun dari 145% menjadi 30%, tetapi masih jauh lebih tinggi dari tingkat historis, dan memengaruhi berbagai produk seperti mainan, elektronik, hingga kereta bayi.
CFO Walmart, John David Rainey, menyebutkan bahwa penyesuaian harga sudah tak terelakkan, dengan tekanan paling besar terjadi pada kategori bernilai tinggi.
CEO Doug McMillon menambahkan bahwa margin ritel yang tipis tidak memungkinkan perusahaan menyerap seluruh beban tarif, sehingga sebagian besar beban terpaksa dialihkan ke harga konsumen.
Presiden Trump bahkan sempat mendesak Walmart melalui media sosial untuk menyerap biaya tersebut agar tak membebani konsumen.
Namun realitas operasional menunjukkan bahwa efisiensi harga punya batas ketika tarif berdampak langsung pada biaya pokok barang masuk.
Walmart Stabil, Target Pangkas Proyeksi
Walmart mempertahankan panduan konservatif untuk tahun fiskal 2026 dengan proyeksi kenaikan penjualan bersih antara 3% hingga 4%, serta laba per saham disesuaikan antara $2.50–$2.60.
Sebaliknya, Target memangkas proyeksinya secara agresif. Penjualan diperkirakan turun tipis (low-single digit), dengan EPS diturunkan menjadi $7.00–$9.00, dari sebelumnya $8.80–$9.80.
Secara year-to-date, saham Walmart naik 8%, sementara Target jatuh 27%, jauh tertinggal dibanding S&P 500 yang stagnan sepanjang 2025.