Laba Q1 Amazon Naik, Namun Proyeksi Q2 Membuat Saham Merosot

Amazon kalahkan ekspektasi Q1 dengan EPS $1.59, tapi proyeksi pendapatan operasi Q2 yang lemah dan ketegangan tarif seret saham turun 4%.

article author image

AjengMay 2, 2025

article cover image

Amazon Inc. (NASDAQ: AMZN) mencatatkan kinerja keuangan kuartal I 2025 yang melampaui ekspektasi Analis. Namun, panduan pendapatan operasi kuartal II yang lebih lemah dari perkiraan langsung menekan harga saham perusahaan, yang anjlok lebih dari 4% dalam after-hours trading.

Raksasa e-commerce ini membukukan laba per saham (EPS) sebesar $1.59 dari pendapatan $155.7 miliar, mengalahkan konsensus Bloomberg yang memperkirakan EPS $1.36 dan pendapatan $155.1 miliar.

Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Amazon berhasil meningkatkan pendapatannya dari $143.3 miliar, dan melipatgandakan laba per saham dari $0.98.

Segmen AWS (Amazon Web Services), mesin profit utama perusahaan mencatat pendapatan sebesar $29.3 miliar — sesuai ekspektasi Analis.

Panduan Q2 yang Suram, Saham Tertekan

Untuk kuartal II, Amazon memperkirakan pendapatan operasional berada di kisaran $13 miliar hingga $17.5 miliar, di bawah proyeksi konsensus sebesar $17.8 miliar.

Perusahaan juga menyebut akan ada dampak 10 basis poin terhadap penjualan kuartal II, tanpa merinci lebih lanjut sumber tekanannya.

Kondisi ini memunculkan kekhawatiran market bahwa pertumbuhan agresif Amazon bisa menemui hambatan jangka pendek, terutama di tengah tekanan global dan potensi pelemahan daya beli konsumen.

Ketegangan dengan Gedung Putih Soal Tarif

Di luar kinerja finansial, Amazon juga menghadapi tekanan politik dari Pemerintahan Trump. Awal pekan ini, laporan dari Punchbowl News menyebut Amazon berencana menambahkan komponen tarif impor ke dalam harga produk.

Gedung Putih menanggapi dengan keras, menyebutnya sebagai “langkah bermotif politik.” Presiden Trump bahkan disebut secara langsung menghubungi Jeff Bezos.

Amazon segera membantah laporan tersebut. “Gagasan itu hanya dipertimbangkan oleh tim Amazon Haul dan tidak pernah disetujui,” kata juru bicara perusahaan, Tim Doyle.

Trump kemudian melunak dan menyatakan dalam jumpa pers bahwa “Jeff Bezos melakukan hal yang benar. Orang baik.”

Namun insiden ini menyoroti kerentanan perusahaan teknologi besar terhadap kebijakan ekonomi yang cepat berubah, terutama saat tarif impor atas produk dari Tiongkok mencapai 145%, dan bea menyeluruh sebesar 10% diberlakukan untuk negara lain.

Risiko Tarif dan Konsumsi Global

Analis UBS, Stephen Ju, menilai bahwa lebih dari 50% produk di platform Amazon berpotensi terdampak oleh kebijakan tarif baru.

“Konsumen akan menghadapi pilihan yang lebih sulit dalam membelanjakan uang mereka,” tulis Ju.

Lebih jauh, ia memperingatkan bahwa efek domino dari penurunan ekspor ke AS bisa berdampak terhadap tenaga kerja global dan memperlambat pertumbuhan nilai transaksi lintas negara.

Nanovest News v4.8.0